Sumaterapost.co, Langsa – Masyarakat Gampong (Desa) merupakan kelompok Manus atau individu yang secara bersama-sama tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan. Dalam masyarakat Gampong (Desa) akan terjadi interaksi yang dilakukan secara teratur atau terstruktur serta membangun keluarga yang bahagia dan terdaftar sebagai warga di Gampong (Desa).
Tidak seperti tiga Keluarga dari enam Keluarga yang tinggal di Gampong (Desa) Simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa, Aceh, ke tiga Keluarga ini yang membangun rumahnya di atas tanah milik saudagar Aceh Kongsi yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, ke tiga Keluarga inilah membangun rumahnya seadaanya karena miskin sebagai tempat tinggal mereka, bahkan rumahnya yang beratap daun Nipah sudah lapuk dan bocor kalau hujan air masuk kedalam dan lantaipun tidak ada semen, namun sangat di sayangkan tidak ada perhatian dari pemerintah Gampong Simpang Wie, negara sudah merdeka, bahkan tanggal, 17 Agustus 2021 ini akan merayakan dirgahayu ke -76 masih ada warga di kota Langsa kehidupan nya sangat menyedihkan.
Panduan Sumatera post.co, Sabtu, 7 Agustus 2021, memang ada enam rumah yang berdiri di atas tanah tersebut semua warga sangat miskin, namun tiga Keluarga yang dapat dijumpai dan memberikan keterangannya antara lain :
1.Bapak Muhammad Jamil berusia 54 tahun tinggal bersama istrinya 36 tahun dengan dua orang anak yang sudah dewasa, pengakuan Muhammad Jamil sudah 12 tahun mendiami tanah tersebut, namun belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah Gampong Simpang Wie, dia bilang aparutur Gampong dan keluarga nya semua bantuan dapat, Tidak dapat apa-apa, sekali kehidupan kami ini seperti tinggal di negeri tak punya pimpinan.
2.ibu Saudaniar berusia 39 tahun bersama suaminya Hendri berusia 42 tahun dan memiliki anak sebanyak empat orang, satu anaknya yang paling tua mengindap gangguan syaraf, untuk mengobati anak yang sakit ini tidak punya uang, untuk makan saja sudah susah sebut ibu Saudaniar apa lagi anak-anaknya semua dalam masa pendidikan, suaminya hanya penjual ikan di pajak ikan Langsa hasilnya tidak mencukupi makan untuk memperbaiki sepeda motor tua saja tidak memiliki uang, kondisi rumah berdinding kayu sudah lapuk dan atap dari daun Nipah sudah lapuk dan bocor, ibu Saudaniar menetes air saat bercerita kepada Sumatera post.co Langsa yang berkunjung rumahnya untuk wawancara, sudah cukup lama tinggal di dusun Tanjung Rambutan ini, ibu Saudaniar juga bercerita semua orang yang bekerja di pemerintah Gampong semua dapat bantuan, tapi kami tidak pernah ada bantuan apapun pada hal kami warga yang sangat miskin di Gampong ini.
3.Lain lagi nasib ibu Evi Susanti berusia 30 tahun, ibu ini pedih lagi kehidupannya, suami Syahrul sedang mendekan dalam lembaga permasyarakatan (LP) Langsa, anaknya yang pertama Muhammad Rezki Maulana (14 tahun) mengidap penyakit sawan yang sewaktu-waktu bisa kambuh, saat ditanya pernah di bawa berobat ada tapi ya ke puskesmas saja, anaknya mulai gamguan syaraf pada usia 3 tahun pada saat itu jatuh ke parit saat bermain. Ibu Evi dan anak-anak ny tinggal di gubuk reyot beratap daun Nipah yang sudah bocor tidak ada biaya untuk memperbaiki untuk makan saja ia kadang ada kadang tidak ada apa lagi suami nya di ditahan di Lembaga pemasyarakatan (LP).
Saat ironis kelakuan penjabat Gampong tega melihat kehidupan warganya menderita sudah buta hati nurani, sementara Dana Desa di bolehkan membantu warganya lewat program BLT tapi kenapa ke tiga Keluarga ini di berikan seperti nya keluarga miskin ini di Blacklist oleh Geuchik (Kepala Desa) Gampong (Desa) Simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, kota Langsa, Aceh.
Geuchik (Kepala Desa) Gampong (Desa) simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, Ibnu Abbas, saat dihubungi tidak tersambung, sampai berita keluhan warganya di kirim ke redaksi.(Mustafa)




