Sumaterapost.co – Sebuah Istana megah berdiri gagah di Pagaruyung, Tanjung Emas,Tanah Datar Sumatera Barat. Istana ini bernama Istano Basa Pagaruyung. Istano Basa Pagaruyung merupakan bangunan rumah adat masyarakat Minangkabau yang berbentuk rumah gadang.
Faktanya Istano Basa Pagaruyung saat ini merupakan replika dari bangunan asli yang pernah terbakar sebanyak tiga kali. Kebakaran terakhir terjadi pada tahun 2007 yang di sebabkan oleh sambaran petir.
Saat ini Istano Basa Pagaruyung menjadi ikonik Sumatera Barat sekaligus tempat wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu Istano Basa Pagaruyung juga menjadi museum peninggalan kerajaan Pagaruyung pada zaman dahulu.
Istano basa Pagaruyung mempunyai ciri khas atap yang berbentuk runcing yang menyerupai tanduk kerbau yang disebut sebagai gonjong.
Istano Basa pagaruyung memiliki 11 gonjong yang menghiasi atap istano yang mana setiap gonjongnya memiliki makna tersendiri. Luar biasanya gonjong tersebut terbuat dari 26 ton serat ijuk yang berwarna coklat tua kehitaman.
Bentuk atap rumah gadang yang mirip dengan tanduk kerbau merujuk kepada kerbau yang menjadi binatang simbol kemenangan masyarakat Minangkabau. Dahulu terdapat peristiwa besar yaitu adu kerbau antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Minangkabau.
Atap bergonjong merupakan simbol yang menandakan ciri khas dan identitas masyarakat Minangkabau. Mengapa demikian? Karna dengan melihat sekilas bentuk atap bergonjong saja orang akan langsung tahu bahwa orang yang memiliki rumah adalah orang minang atau merupakan keturunan Minangkabau.
Sangat disayangkan rumah yang mencerminkan identitas masyarakat minangkabau yang kaya akan nilai budaya semakin di lupakan oleh masyarakat, tak terkecuali masyarakat minangkabau sendiri.
Pada saat ini atap bergonjong semakin sedikit di temui.Hal ini terjadi karena pengaruh globalisasi, masuknya budaya barat dan semakin berkembangnya teknologi. Faktor lain yang menyebabkan ini terjadi adalah arsitektur lokal sering menyerap dan meniru budaya luar dari pada budaya lokal sendiri. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah melestarikan kebudayan khususnya kebudayaan Minangkabau.
Oleh
MH. R. Pito Bosa




