Ogan Ilir – Proyek rehabilitasi ruang kelas di SMP Negeri 2 Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel diduga melanggar spesifikasi RAB. Pasalnya, menurut salah satu warga setempat yang melihat pemasangan atap rangka baja ringan beberapa hari lalu tersebut menduga pihak pemborong sengaja menggunakan rangka baja berkualitas rendah yang kualitasnya belum terbukti, seperti keawetannya dan ketahanannya terhadap karat serta diduga rangka baja ringan yang digunakan tidak memenuhi standar SNI.
Dikatakan warga yang tidak ingin disebutkan namanya ini, bila dilihat dari papan informasi yang terpasang di lokasi, anggaran DAK yang digunakan untuk rehabilitasi ruang kelas lengkap dengan mobilernya tersebut cukup besar yakni Rp. 616.800.000,00. Dalam hal ini yang menjadi sorotan kami ialah pemasangan atap bangunan yang tidak memakai rangka baja ternama berkualitas baik dan diduga tak bermerk serta memenuhi standar SNI.
“Barulah selesai dipasang sekitar 5 hari yang lewat. Tapi rangka baja yang digunakan bukan kualitas baik. Menurut pandangan kami, kalau untuk proyek rehabilitasi tingkat minimal ringan dengan anggaran ratusan juta rupiah, harusnya rangka baja yang digunakan itu berkualitas baik, seperti merk Taso atau merk ternama lainnya. Tapi ini malah gak jelas merk nya apa, yang kami lihat rangka bajanya itu sangat tipis dan bertuliskan sangat rendah (Truss C75)”, ungkapnya kepada media ini, Jumat (8/10) sore.
Lebih lanjut dijelaskannya, dari pemantauan kami, jarak kuda-kuda yang terpasang pun cukup jauh yakni maksimalnya 1,20 meter. Dan memang itu standar pemasangan konstruksi baja ringan kualitas baik. Tapi untuk baja ringan yang digunakan ini kan tipis ya, bisa dikatakan kualitas rendah lah, jadi standar kuda-kuda nya tidak sampai segitu, harus di bawahnya.
“Yang saya tahu jarak kuda-kuda rangka baja seperti itu maksimalnya 1,15 m dan lebih bagusnya dengan jarak 1 hingga 1,5 m saja jangan lebih dari situ. Takutnya nanti ambruk karena tidak kuat tuk menopang beban di atasnya ketika musim hujan deras disertai angin kencang tiba. Dikhawatirkan dapat membahayakan guru dan muridnya”, jelasnya.
Masih katanya, selain proyek rehabilitasi ruang kelas. SMPN 2 Sungai Pinang juga tengah ada proyek pembangunan ruang laboratorium komputer yang dilengkapi dengan mobilernya dari DAK senilai Rp.318.700.000,00. Kami di sini masih menyoroti pemasangan atap bangunan yang juga mengunakan rangka baja ringan berkualitas rendah serta tidak memenuhi standar SNI.
“Dan lagi-lagi di proyek bangunan ruang laboratorium komputer itu, rangka bajanya pun sama yang digunakan berkualitas rendah yang proses pengerjaannya sudah hampir selesai. Kami di sini menyoroti rangka baja yang digunakan pemborongnya. Dugaan kami, demi dapat untung besar, pemborong tersebut memakai baja tipis (bukan kualitas baik) tanpa memikirkan keselamatan penghuni bangunan. Kami takut atapnya ambruk akibat tak kuat menahan beban saat angin kencang datang”, tandasnya.
Menurut keterangan penjaga sekolah yang ditemui, mengatakan bahwa untuk proyek rehabilitasi ini sudah berjalan sekitar satu bulanan. Tapi untuk pemasangan rangka baja ini memang benar baru selesai 5 hari terakhir, katanya singkat.
Sementara itu, menurut keterangan salah satu pekerja ketika dikonfirmasi via telepon selulernya mengatakan bahwa dirinya hanyalah bekerja saja, untuk masalah kualitas baik buruknya itu saya tidak tahu.
“Kalau untuk jarak kuda-kuda, sesuai standar itu jaraknya 1,20 m. Tapi itu tergantung dengan RAB sekolah juga dan kami sebagai pekerja memborong pasangkan saja. Memang biasanya, untuk kelas SMP jarak kuda-kuda yang dipakai itu 1 hingga 1,10 meter lah, tapi ada juga yang 1,20 m”, katanya singkat via telepon. (F’R)