Sumaterapost.co – Semarang
Perupa Rudy Murdock kembali menggelar pamaeran tunggal bertajuk : HOME:Contemplore 2.0. Solo Exhibition Rudy Murdock yang diinisiasi Semarang Sketchwalk (SSW) akan ditaja di TAN T Artspace Jl. Papandayan no 11, Semarang, Jawa Tengah. Dari 28 November – 12 Desember 2021.
Ketua Semarang Sketchwalk (SSW) Ratna Sawitiri, mengatakan,gelaran pameran SSW klai ini yang menghadirkan bintang tamu Ruy Murdock ini merupakan pameran yang ke-13 dari program Arisan The Series. “Kami sering menghadirkan bintang tamu harapannya perupa yang menggelar pameran bisa menjadi “penyegar” dan pemantik semangat bagi teman-teman SSW dan menginpirasi sehingga melahirkan kekaryaan yang beragam,” ujar Ratna.
Pameran yang dikuratori Ahmad Khaerudin @adinhysteria dengan kata pengantar dari Kesit @yagimgrind ini akan dibuka Minggu 28 November 2021, Pukul 16.00 WIB akan dimeriahkan dengan Performing dari RA.Bersinar @ra.bersinar, Pohon Sardjono @pohon.sardjono dan Two Lighters @two_lighters
Semementara, Perupa Rudy Murdock mengatakan, pameran “HOME Contemplore 2.0 “ ini adalah babak berikutnya dari seri CONTEMPLORE karyanya.
Pameran kali ini, lanjut Rudy, tetap berkisah perkara refleksi dari aksi-aksi kontemplatif terhadap berbagai hal yang terkait dengan perjalanan hidup pribadi. Dalam babak ini, hal yang dimaksud adalah, RUMAH.
Perupa Rudy Murdock, layaknya manusia bisasa , dia tak hanya gahar, gairah seninya yang liar, kegilaannya yang tak pernah padam, tetapi Rudy yang rentan, rapuh, dan cemas.
Gagasan Rudy untuk mengeksplorasi rumah dan hal-hal yang tinggal di dalamnya dalam karyanya tidak hanya strategi artistik tetapi juga siasatnya menghadapi cekaman kebutuhan hidup yang nyata.
Sebagian barang-barang bekas itu yang barangkali di antaranya terbengkalai lama, lalu coba dihidupkan kembali, dimaknai, dan tentu saja dilemparkan ke publik. Kita bisa temukan sisa-sisa retakannya, benar-benar retak dalam arti sesungguhnya karena ketika karya-karya ini dipoles, rumah Rudy mengalami pergeseran tanah hingga di berapa ruas dindingnya terancam.
Rumah bagi Rudi, adalah di mana rasa cinta itu berada. Sebuah tempat di mana kita berani menjalani hidup disertai gairah dan ketulusan, mengarungi semua upaya perwujudan harapan-harapan tentang hidup itu sendiri hingga ketika tiba saatnya nafas terakhir terhembus.
Suatu saat nanti, ujar Rudi, ingatan-ingatan yang diabadikan akan menjelma kenangan. Dan kenangan, ketika diberi perwujudan, menjadi sebuah monumen. “Sebuah hal yang kelak, paling tidak, akan membantu para generasi setelah kita, memahami pemaknaan tentang RUMAH itu sendiri, ketika mungkin, sedang tersesat dalam mencari jalan pulang,” ujar Rudi yang juga dikenal sebagai mural artist berfilosofi. (Christian Saputro)




