Sumaterapost – Binjai | Ratusan rumah di Kota Binjai, Sumatera Utara, terendam air, menyusul terjadinya banjir akibat luapan Sungai Bangkatan, Jumat (26/11/2021) pagi. Bencana ini terjadi setelah wilayah itu diguyur hujan deras sejak Kamis (25/11/2021) malam.
Pantauan wartawan, bencana banjir diketahui merendam daerah pemukiman di empat kelurahan pada dua kecamatan yang wilayahnya masuk dalam kawasan bantaran Sungai Bangkatan.
Keempat kelurahan itu antara lain, Kelurahan Pujidadi, Rambung Barat, dan Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan, serta Kelurahan Satria, Kecamatan Binjai Kota.
Hingga Jumat (26/11/2021) pagi sekira pukul 08.00 WIB, ketinggian permukaan air sebagai dampak banjir luapan Sungai Bangkatan masih relatif tinggi, yakni mencapai pinggang orang dewasa.
Demi menjamin kelancaran aktivitas dan mobilisasi, sebagian warga terpaksa menggunakan karet ban sebagai rakit alternatif untuk melintasi wilayah pemukiman mereka.
Belum ada laporan resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Binjai terkait korban jiwa dan jumlah keluarga yang menjadi korban dalam bencana tersebut.
Sebaliknya, nilai kerugian material sebagai dampak banjir luapan Sungai Bangkatan ditaksir lebih dari Rp 1 miliar, karena air merendam ratusan rumah, harta benda, ternak, dan tanaman budidaya warga.
“Puncak naiknya (permukaan) air sekitar jam 1 dini hari tadi. Ketinggiannya kira-kira 1,5 meter,” ujar Erwin (38), salah satu warga Jalan Jambi, Kelurahan Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, yang rumahnya terendam banjir.
Dikatakannya, banjir yang melanda daerah pemukiman sepanjang kawasan Bantaran Sungai Bangkatan pada Jumat (26/11/2021) ini merupakan yang bencana susulan yang telah berulang kali terjadi sepanjang dua pekan peningkatan intensitas hujan.
Namun menurut Erwin, bencana banjir yang melanda daerah pemukimannya kali ini adalah yang terparah, karena ketinggian permukaan air mencapai 1,5 meter dari bibir sungai.
“Makanya kita juga masih was-was kalau hujan kembali turun. Apalagi sekarang ini memang musimnya. Ya, mau nggak mau kita selalu siap. Kira-kira kalau ada kemungkinan banjir, kita sudah amankan seluruh anggota keluarga dan barang-barang berharga,” ungkapnya.
Warga Rambung Barat lainnya, Idah (52), justru merasa kecewa dengan Pemerintah Kota Binjai. Meskipun banjir telah menjadi bencana yang rutin melanda wilayah pemukimannya, namun sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah untuk menyalurkan bantuan atau sekadar mendirikan posko.
“Padahal dalam dua pekan ini, kampung kami sudah ada tiga kali kebanjiran. Tapi tak satu pun aparatur pemerintah yang turun langsung dan ketemu dengan warga,” seru ibu tiga anak itu.
Guna menjamin penyediaan kebutuhan konsumsi warga, terutama sarapan, Udah mengaku terpaksa meminta bantuan kerabat dan tetangga yang rumahnya tidak terendam banjir.
“Alhamdulillah, masih adalah yang bantu dari warga sini juga. Sekadar untuk makan ada. Sedangkan kalau untuk (bantuan) yang lain, ya sementara ini kita usahakan sendiri,” jelasnya. (andi)




