Sumaterapost.co, Medan – Harga minyak goreng atau migor melambung di Medan menyebabkan masyarakat termasuk pelaku usaha mikro menjerit mahalnya migor.
Bukan hanya iitu, mahalnya harga salah satu kebutuhan pokok ini berdampak terhadap kenaikan harga bahan pokok lainnya.
Pantauan Sumaterapost di sejumlah pasar tradisional seperti Kampung Lalang, Sikambing, Medan Petisah dan toko penjual sembako, harga migor tak terjangkau warga berpenghasilan rendah.
Seorang pedagang bahan kebutuhan pokok di Gaperta Ujung Medan Helvetia, Suheri mengakui sejak.harga migor melonjak, barang lain juga ikut naik.
Bayangkan, biasanya harga migor di Medan hanya Rp8 ribu per kg, namun sekarang melejit hingga Rp18 ribu per kg. Bahkan harga barang lain ikut naik dari biasanya.
Pengamat ekonomi, Gunawan Benyamin kepada Sumaterapost menuturkan tidak terduga kalau harga minyak goreng bisa mencapai Rp 18 ribu per kg
Padahal sebelumnya harga migor curah sempat bertahan di kisaran Rp8000 per kg hingga Rp11 ribu (kemasan) per kg. Namun di tahun 2021 ini, harga migor berubah naik sangat signifikan.
“Pemicu utamanya akibat kenaikan harga CPO yang me nyentuh 5000 ringgit per ton,” ujar Benyamin di Medan, Selasa 7/12/2021.
Padahal sebelumnya harga CPO kerap tertahan kenaikannya di kisaran angka 2.300-an ringgit per ton. Kenaikan harga CPO tersebut menjadi asal muasal melonjaknya harga migor.
Mahalnya harga migor membuat konsumen khususnya para ibu rumah tangga menjerit. Harga CPO memang naik lebih dari 100% ditahun 2021 ini.
Begitu juga halnya dengan harga produk turunannya migor, yang juga melompat lebih dari 100%.Selain konsumen, kenaikan harga migor tentunya membebani sejumlah pelaku usaha mikro khsuusnya usaha kuliner yang kini tumbuh bagai cendawan di musim hujan
“Tak heran, pemicu kenaikan harga CPO itu sendiri lebih dikarenakan tren konsumsi CPO meningkat seiring pemulihan ekonomi global. Bukan hanya CPO saja mengalami kenaikan,” kata Benyamin yang juga dosen salah satu perguruan tinggi di Medan.
Menurut amatannya beberapa komoditas pangan dunia lainnya juga mengalami kenaikan, termasuk vtren harga komoditas energy salah satunya minyak dunia.
Hal inilah yang memicu kekuatiran adanya kenaikan harga pangan seiring dengan mulai pulihnya ekonomi global, ditambah mulai meredanya covid 19.
Akan tetapi tantangan ke depan untuk pengendalian harga migor diprediksikan masih berupa jalan terjal. Migor jelas telah memicu terjadinya inflasi di Indonesia. Tetapi untuk meredam harga bahan pokok ini ke depan bukanlah perkara mudah.
Mengingat bahan baku migor lanjut Benyamin dari tanaman sawit ini merupakan komoditas ekspor sekaligus menjadi bahan baku yang memiliki varian produk turunan. Termasuk salah satunya diperuntukan sebagai bahan campuran bio diesel atau solar.(tiar)




