Sumaterapost.co – Lampung Timur | bist Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bersama Kita Bisa (BERKITAB) Lampung Timur (Lamtim), Mudabbar mengapresiasi kinerja AKP Eko Rendi Pratama Kepala Satuan (Kasat) Reserse Kriminal (Reskrim) Kepolisian Resort (Polres) Lampung Utara (Lampura).
Apresiasi disampaikan atas tertangkapnya Tohir anggota LSM GMBI Lampung Utara warga Desa Sabuk Empat, Abung Kunang, Lampung Utara yang mengancam Nurlaina Kepala Desa Haji Kagungan Kecamatan Abung Kunang dengan senjata api (Senpi) di Kantor Desa setempat, Rabu, 15 Desember 2021 sekitar pukul 14.00 WIB.
“Apresiasi saya sampaikan atas gerak cepat AKP Eko Rendi Pratama Kasat Reskrim Polres Lampung Utara hanya dalam hitungan jam berhasil menangkap Tohir anggota LSM GMBI Lampung Utara itu,” Kata Ketua LSM BERKITAB Lampung Timur.
Ia menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh Tohir anggota LSM GMBI Lampung Utara yang tidak profesional, mencederai lembaga sosial kontrol dengan sengaja melakukan ancaman terhadap Kepala Desa Haji Kagungan, Nuralaina dengan menggunakan senjata api (Senpi).
“Sangat disayangkan tindakan Tohir anggota LSM GMBI yang mencederai lembaga sosial kontrol. Seharusnya profesional, janganlah memaksakan kehendak apalagi mengancam menggunakan senpi, jalinlah kemitraan yang positif dengan seluruh elemen lapisan masyarakat,” imbuh Mudabbar.
Menurut Ari Kunang warga Desa Haji Kagungan sebagai saksi baik di tempat kejadian perkara (TKP) maupun di Polres Lampura bahwa di Desa Sabuk Empat Tohir memang dibenci oleh masyarakat.
“Dikampungnya sendiri Tohir memang dibenci masyarakat, kata Masyarakat Desa Sabuk Empat kalau dia memang benar bisa ditahan mereka mau pesta. Dia itu memang sok hebat, waktu itu (bermasalah) dengan suami Kepala Desa Talang Komering masih saudara, kami datangi dia mau ribut dengan kami, ini diulanginya lagi,” ungkap Ari,S, Kunang pada Kamis, 16 Desember 2021 pukul 22.46 WIB melalui hubungan handphone.
Tohir datang ke Kantor Desa Haji Kagungan tidak sendirian, ia bersama 2 orang rekan kerjanya seorang lelaki dan perempuan.
“Niat saya supaya dia aman, kalau suasana ramai pasti dia dapat tinjuan, itu maksud saya tadinya, dia ngomong sama (ngancam) saya tunggu kamu. Mereka itu bertiga, satu perempuan dua lelaki, yang dua itu diam saja tidak bicara apa-apa,” papar saksi yang menyaksikan ditempat kejadian perkara (TKP).
Bermula dari Ari sedang duduk-duduk diteras depan rumahnya yang berhadapan langsung dengan Kantor Desa Haji Kagungan yang menyaksikan peristiwa tersebut.
“Tadinya, saya duduk didepan rumah, kantor Desa tepat didepan rumah, saya masuk dari teras melihat mobil ada mobil dia (Tohir), saya lagi tidur-tiduran dikamar depan, tiba-tiba suara Kepala Desa menjerit bunuh saya kata Kepala Desa. Saya keluar, nggak lama dari itu saya lihat dia (Tohir) keluar dari kantor (Desa), perasaan saya dia keluar mau pulang, nggak taunya buka pintu mobil ngambil tas warna hitam mengeluarkan pistol,” urainya.
“Kata saya kenapa kamu ngeluarin pistol sudah hebatkah kamu, kata saya dengan dia pertama kali, sudahlah kata saya buat apa, pulang-pulang aja kata saya, masyarakat datang nanti beda urusan kata saya, supaya aman, dia malah ngancam saya juga tunggu kamu ketemu saya, kata saya sekarang aja mau kemana saya ladenin,” terang saksi yang memberikan kesaksian di Mapolres Lampung Utara atas peristiwa itu.
“Dia ngancam Kepala Desa, tunggu masanya katanya dengan Kepala Desa dan juga ada WA dia ke Kepala Desa mengatakan sudah sehebat apa lurah Abung Kunang ini, sudah di screenshot diserahkan ke Polisi waktu laporan, kami bertiga yang jadi saksi,” tambahnya.
“Waktu dia ketangkap nyerahkan pistol, pistol mainan yang diberikan dia itu, bukan pistol yang dipegangnya (saat dibalai desa), kamu orang masih ciren nggak sama pistol itu tanya penyidik, bukan ini kata saya, pistol itu ada (warna) putihnya diatas, ini nggak ada, hitam polos,” ujarnya.
“Sama ini juga pak Polisi ini pistol mainan, yang dipegangnya tadi itu ada putihnya diatas, beda, beda yang diserahkan, hitam juga yang ditunjukkan dengan kami tapi hitam kalau yang dipegangnya itu ada putihnya seperti stainless itu yang diatasnya itu nggak ada hitam polos yang ditunjukkan,” katanya.
Tohir beralasan dirinya mengeluarkan senpi lantaran ada yang mengejarnya membawa senjata tajam sejenis badik dan cap garpu, sementara tidak ada yang mengejarnya.
“Pengakuannya di laporan, dia kan laporan juga kemarin, pengakuannya, tadinya dia mau pulang, dia melihat ada yang mengejar bawa badik sama (pisau) cap garpu, sedangkan tidak ada yang mengejarnya, siapa yang mengejar dia tidak ada yang mengejar-ngejar seperti (pengakuannya) itu,” masih kata Ari.
“Perempuan dan anak-anak kelas III SD juga melihat, keponakan saya anak kakak yang tertua menjerit-jerit mengatakan kakek mau ditembak orang mau dibunuh bawa pistol warna hitam kata anak gadis keponakan saya,” sambungnya.
“Maka kata saya, anak kecil tidak perlu sumpah kalau kira-kira mau dijadikan saksi, itu malah lebih kuat, kata saya kalau kurang saksi banyak ibu-ibu yang ramai melihat pistol, anak-anak ada 3 sampai 4 orang yang melihat pistol, yang bikin tidak enak dia yang nantang saya juga,” pungkas Ari.
Ketua LSM BERKITAB Lamtim sepenuhnya mempercayakan penanganannya kepada Kasat Reskrim Polres Lampung Utara guna mengusut tuntas.
“Saya percayakan sepenuhnya penanganan ini kepada Kasat Reskrim Polres Lampung Utara dan berharap keaslian senpi yang digunakan diusut tuntas sebab menurut saksi senpi di TKP yang diserahkan berbeda dengan yang digunakan saat mengancam Kepala Desa Haji Kagungan itu senpi asli bukan mainan,” harap Ketua LSM BERKITAB Lamtim.(*/tim)