Sumaterapost.co | Purbalingga – Pelukis asal Yogyakarta Klowor Waldiyono menaja 71 lukisan di Galeri Kie Art Cartoon School, Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah.
Pemeran tunggal yang mengusung tema “Naluri” ini digelar dari 19 Februari – 19 Maret 2022 ini diinisiasi oleh Kie Art Project dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022. Pameran yang dibuka Sabtu (19/02), diawali dengan pergelaran wayang kartun yang dimainkan pemuda seni Kie Art.
Salah seorang pendiri Kie Art, Gita Yohanna Thomdean mengatakan pameran tunggal “Naluri” Karya Klowor Waldiyono itu sengaja digelar berbarengan dengan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022, yang diperingati setiap Tanggal 21 Februari.
Pergelaran wayang kartun tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup Klowor Waldiyono yang telah mencintai seni lukis sejak kecil, sehingga ibundanya yang merupakan seorang pedagang berpesan agar anaknya menjadi seorang pelukis yang bermartabat.
Menariknya dalam pameran ini juga diisi dengan pembacaan 12 puisi yang merupakan narasi dari lukisan-lukisan Klowor Waldiyono yang diciptakan di 12 lokasi berbeda. Narasi lukisan-lukisan tersebut menggunakan berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa Alus, Banyumasan, Bali, Dawan, Batak, Makassar, Minang dan Dayak.
Klowor mengatakan, 71 lukisan yang ditampilkan dalam pameran kali ini berkaitan dengan lingkungan. Pelukis yang berkiprah di jagad seni rupa sekira 35 tahunan ini menjelaskan kali ini lukisannya berkisah tentang alam.
Pelukis berambut gondrong ini memang suka “ngaprak” berburu objek landskap. Klowor memang mengakui mencintai alam, yang diyakininya memiliki energy positif. “Tema-tema lukisan yang saya pamerkan ini dengan media yang sederhana, pastel dan kertas,” ujar Klowor.
Pelukis Klowor Waldiyono Gelar Pameran Tunggal “Naluri” di Purbalingga.
Purbalingga – Pelukis asal Yogyakarta Klowor Waldiyono menaja 71 lukisan di Galeri Kie Art Cartoon School, Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah.
Pemeran tunggal yang mengusung tema “Naluri” ini digelar dari 19 Februari – 19 Maret 2022 ini diinisiasi oleh Kie Art Project dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022. Pameran yang dibuka Sabtu (19/02) diawali dengan pergelaran wayang kartun yang dimainkan pemuda seni Kie Art.
Salah seorang pendiri Kie Art, Gita Yohanna Thomdean mengatakan pameran tunggal “Naluri” Karya Klowor Waldiyono itu sengaja digelar berbarengan dengan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022, yang diperingati setiap Tanggal 21 Februari.
Pergelaran wayang kartun tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup Klowor Waldiyono yang telah mencintai seni lukis sejak kecil, sehingga ibundanya yang merupakan seorang pedagang berpesan agar anaknya menjadi seorang pelukis yang bermartabat.
Menariknya dalam pameran ini juga diisi dengan pembacaan 12 puisi yang merupakan narasi dari lukisan-lukisan Klowor Waldiyono yang diciptakan di 12 lokasi berbeda. Narasi lukisan-lukisan tersebut menggunakan berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa Alus, Banyumasan, Bali, Dawan, Batak, Makassar, Minang dan Dayak.
Klowor mengatakan, 71 lukisan yang ditampilkan dalam pameran kali ini berkaitan dengan lingkungan. Pelukis yang berkiprah di jagad seni rupa sekira 35 tahunan ini menjelaskan kali ini lukisannya berkisah tentang alam.
Pelukis berambut gondrong ini memang suka “ngaprak” berburu objek landskap. Klowor memang mengakui mencintai alam, yang diyakininya memiliki energy positif.
“Tema-tema lukisan yang saya pamerkan ini dengan media yang sederhana, pastel dan kertas,” ujar Klowor.
Menurut Klowor, media sederhana itu digunakan untuk menyiasati waktu dan suasana hati dan jiwanya, karena momentum melukis objek tersebut harus cepat selesai, sehingga tidak membutuhkan cat, tinta dan sebagainya yang ribet dan memakan waktu.
“Satu karya lukisan dapat saya selesaikan dalam hitungan , ini media untuk berekspresi, melatih intuisi dan melatih insting. Jadi tidak bisa dengan berlama-lama, kalau lama mungkin tidak jadi,” ujar pelukis produktif ini.
Klowor menambahkan menggelar pameran di Purbalingga, karena ingin berbagi dan mengedukasi para generasi muda.
“Saya ingin berbagi kepada generasi muda dengan apa yang saya bisa,” ujar Klowor mengunci perbincangan.
(Christian Saputro)