Sumaterapost.co | Pasaman – karena akibat perputaran siklus matahari dan bumi berubah-ubah sekian derajat, sehingga sebagian masyarakat muslimin mempertanyakan kemana mengarahkan wajah saat menunaikan Shalat.
Kakan Kemenag kabupaten Pasaman Drs.Hj.Gusman Piliang menjelaskan diruang kerjanya terkait arah tertentu bagi kaum muslimin untuk mengarahkan wajahnya dalam melakukan Shalat.
Kiblat adalah arah yang dituju umat Islam dalam sebagian konteks ibadah, termasuk dalam Shalat. Arah ini menuju kepada bangunan Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, yang menurut umat Islam adalah bangunan suci.
Gusman memberikan defenisi arah kiblat yaitu arah menuju Ka’bah (Baitullah), dan menjadi keharusan bagi setiap orang muslim untuk menghadap ke arah tersebut pada saat melaksanakan ibadah Shalat.
Dengan demikian sederhananya yang dimaksud dengan arah kiblat dalam hal ini adalah menghadap ke arah kiblat ke Ka’bah di Mekah, dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya saat mengerjakan Shalat.
Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.
Pertama kali, mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan Masjidil Haram tempat dimana Ka’bah berada terletak di sebelah barat Indonesia dan arah matahari terbenam.
Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam dengan demikian arah kiblat itu identik dengan arah barat.
Padahal arah kiblat Indonesia adalah bukan tepat arah barat matahari terbenam, kalau berpedoman kepada Matahari, matahari berubah-ubah. Tetapi hal itupun masih harus diperhitungkan berdasarkan perhitungan ilmu falak tentang arah kiblat.
“Kita tidak memaksakan, cuma bagi yang ingin memastikan silakan masukan surat ajuan ke Kemenag, kemudian kita turunkan tim untuk menentukan arah,” tambah Gusman.
Dengan catatan, sebelum mengajukan surat silakan musyawarahkan terlebih dahulu sesama masyarakat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Saat ini masyarakat sudah memasukan surat sebelum membangun rumah ibadah baru. Intinya matahari hanya sebatas pedoman awal bukan arah kiblat. Dengan melakukan pengukuran kita akan dapat menentukan titik koordinat arah kiblat.
“yang terpenting sekali Ijitihat berusaha, benar atau tidak Allah yang menentukan, misalkan kita dalam perjalanan berada di tengah hutan tanpa arah kiblat yang jelas, cuma kerjakan Shalatnya sesuai keyakinan kita arah kiblat tersebut,” katanya.
(Ewin)




