Sumaterapost.co | Medan – Kelangkaan dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan tetap terus terjadi karena sifatnya yang tidak terbarukan. Permintaan energi terus.meningkat baik secara domestik.maupun di jenjang internasional.
Karena itu BBM harus segera diimbangi dengan penyediaan sumber-sumber energi alternatif terbarukan, melimpah, dan murah hargannya sehingga terjangkau bagi seluruh masyarakat atau konsumen.
Demikian diungkapkan Kh Dr. Muhammad Sontang Sihotang,.SSi.,MSi-Kepala Laboratorium Inti Fisika Universitas Sumatera Utara (USU) kepada media ini, Kamis, (9/6/2022).
Dosen USU Medan ini mengemukakan hal itu menyusul Analisis SEM Baking Filter Dust PT. Inalum dan Arang Tempur ung Kelapa.
Dia menyebutkan ada banyak sumber energi alternatif terbarukan di Indonesia termasuk biomassa atau sampah organik biomassa yang cukup potensial.
Seperti limbah-limbah pertanian, limbah industri, dan limbah domestik. Biomassa bisa diubah dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
“Menurut data Indonesia Energy Outlook biomassa ini memiliki cadangan 3.000 GW atau hampir sama dengan 225 juta barel minyak bumi,” jelas Sontang yang pernah mendapat Sertifikat Analisis dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral RI atas hasil analisis Serbuk dari Arang Tempurung yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Potensi biomassa sangat signifikan jika digunakan sebagai sumber-sumber energi alternatif pengganti BBM terutama untuk kebutuhan energi rumah tangga,
menggantikan minyak tanah yang telah dipangkas subsidi oleh negara.
Menurut hasil observasi lapangan, PT. INALUM menghasilkan 30 ton lebih Baking Filter Dust perbulan yang dikumpulkan di gedung B2 departemen carbon. total BFD dari tahun 2009 – 2021 adalah : 1.239.450 Kg yang belum termanfaatkan.
“Karena regulasi, industri tidak diperbolehkan untuk menjual atau membuang limbahnya langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang tepat. Mereka harus dalam batas tertentu, melakukan penelitian untuk menemukan cara terbaik menyelesaikan limbahnya,” jelas Muhammad Sontang.
Sebagai contoh, industri Inalum di Indonesia menghasilkan, sekitar 115 ton per hari carbon dust dari proses peleburan aluminium yang biasa disebut Baking Filter Dust. Karbon tersebut memiliki karbon yang relatif tinggi, hingga 85 %, yang berpotensi untuk diubah menjadi karbon aktif.
“Namun demikian, data yang tersedia terbatas dalam menggunakan limbah ini sebagai produk yang bermanfaat. Karena itu, penelitian berkelanjutan harus dilakukan untuk mengatasi limbah yang menumpuk (Raudah, 2019),”, jelas Sontang dari Departemen Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU.(bachtiar adamy)




