Sumaterapost.co | Sumatera Utara – Dr Kh Muhammad Sontang Sihotang.,SSi.,MSi dari Departemen Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan penelitian di PT. Inalum beberapa waktu lalu.
Penelitian di perusahaan yang memproduksi aluminium itu suatu hal yang menarik untuk disimak. Betapa tidak, karena untuk memanfaatkan limbah Baking Filter Dust yang ada di PT.INALUM.
Baking Filter Dust tersebut menurut M Sontang Sihotang berfungsi sebagai penahan panas lalu mengolahnya menjadi briket dengan penambahan arang tempurung kelapa.
“Apalagi Arang Tempurung Kelapa selama ini belum termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat,” kata Sontang saat berbicara kepada media ini di Medan, Senin, (13/6/2022).
Dia memaparkan penelitian yang dilakukan itu juga untuk mengetahui kualitas optimum dari sifat fisik dan kimia dalam briket yang bagus untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
M Sontang Sihotang yang juga Kepala Laboratorium Inti (nuklir) USU Medan ini mengakui bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan metode pirolisis dengan proses pembakaran menggunakan tungku tertutup.
Bahkan, pengayakan menggunakan ayakan dengan ukuran 50 – 100 mesh. analisis kualitas briket menggunakan analisis Uji Proximate, Uji Ultimate dan Karakterisasi SEM – EDX Selanjutnya pengujian kualitas briket mengacu pada SNI – 0162352000 dan Permen ESDM No. 47 Tahun 2006.
“Beberapa parameter pengujian (1) kadar air briket rata-rata 18.65 %, (2) kadar abu briket rata-rata 4.33 %, (3) kadar zat menguap rata-rata (volatile matters) 13.30 %, (4) kadar karbon terikat rata-rata (fixed carbon) 63.73 %, (5) nilai kalor rata-rata 6.200,00 cal/g, dan (6) kadar sulphur rata-rata 49.75 %,” rinci Sontang.
Menyinggung tentang Briket, Sontang menyebutkan menurut hasil observasi lapangan, PT. INALUM menghasilkan 30 ton lebih Baking Filter Dust perbulan.
Briket ini dikumpulkan di gedung B2 departemen carbon. Total BFD dari tahun 2009 – 2021 mencapai 1.239.450 Kg yang belum termanfaatkan.
Kenapa belum dimanfaatkan? Soalnya, regulasi industri tidak diperbolehkan untuk menjual atau membuang limbahnya langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang tepat. Artinya harus dalam batas tertentu.
“Kita melakukan penelitian untuk menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan limbahnya. Sebagai contoh, industri Inalum di Indonesia menghasilkan sekitar 115 ton per-hari carbon dust dari proses peleburan aluminium yang biasa disebut Baking Filter Dust. Karbon tersebut memiliki karbon yang relatif tinggi, hingga 85 %. Carbon ini berpotensi untuk diubah menjadi karbon aktif. Namun demikian, data yang tersedia terbatas dalam menggunakan limbah ini sebagai produk yang bermanfaat. Justru itu, penelitian berkelanjutan harus dilakukan untuk mengatasi limbah yang menumpuk,” ujar Sontang yang sering tampil sebagai narasumber dalam seminar di perguruan tinggi.(bachtiar adamy)




