Sumaterapost.co | Medan – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) mengimbau para pelaku usaha perdagangan ekspor yang berada di bawah payung GPEI agar terus berupaya menjajaki peluang ekspor di berbagai negara.
“Kita harus meningkatkan ekspor terutama produk UMKM di seluruh tanah air, menyusul nilai ekspor Indonesia semester 2002 mulai meningkat,” harap Ketua Umum DPP GPEI/Ketua Ketua Umum Kadin Sumatera Utara, Khairul Mahalli saat berbicara via telpon selular kepada.media ini dari Jakarta, Kamis, (16/6/2022).
Harapan senada juga disampaikan kepada pelaku usaha perdagangan ekspor di jajaran Kadin Sumut termasuk seluruh Kadin di Kabupaten/Kota agar meningkatkan aktivitas pembinaan dan pengembangan produk UMKM di daerahnya masing-masing.
“Ayo kita telusuri produk UMKM baik UMKM binaan Kadin maupun mereka yang membutuh pembinaan. Soalnya, masih banyak UMKM di kabupaten/kota yang menanti uluran tangan kita,” pinta Mahalli.
Terkait perkembangan ekspor Indonesia belakangan ini, Mahalli menyebutkan berdasarkan data BPS, ekspor negeri ini kembali merangkak naik. Selain harus bisa dipertahankan juga perlu terus digenjot.
“Kita optimis Mendag baru bapak Zulkifli Hasan ke depan mampu mendorong angka ekspor Indonesia. Justru itu GPEI siap membantu dengan mengajak para pengusaha ekspor di jajaran GPEI untuk tetap berkiprah di dunia perdagangan ekspor,” ujar Mahalli.
Dia mengaku setelah melihat data dari BPS tentang perkembangan ekspor terakhir ini menggambarkan sesuatu yang menjanjikan bagi peningkatan devisa negara.Mengutip data BPS antara lain, Mahalli merincikan perkembangan nilai ekspor Indonesia Mei 2022 mencapai US$21,51 miliar atau turun 21,29 persen dibanding ekspor April 2022. Dibanding Mei 2021 nilai ekspor naik sebesar 27,00 persen.
Sedangkan ekspor nonmigas Mei 2022 mencapai US$20,01 miliar, turun 22,71 persen, dibanding April 2022, namun naik 25,34 persen dibanding ekspor nonmigas Mei 2021.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2022 mencapai US$114,97 miliar atau naik 36,34 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$108,74 miliar atau naik 36,36 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Mei 2022 terhadap April 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$2.149,5 juta (71,79 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada nikel dan barang daripadanya sebesar US$233,7 juta (65,39 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2022 naik 25,00 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 13,34 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 108,14 persen.
Ekspor nonmigas Mei 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$4,59 miliar, disusul India US$2,26 miliar dan Amerika Serikat US$2,05 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,49 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,07 miliar dan US$1,46 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Mei 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$15,71 miliar (13,67 persen), diikuti Kalimantan Timur US$12,37 miliar (10,76 persen) dan Jawa Timur US$10,88 miliar Ekspor Indonesia pada Mei 2022 turun 21,29 persen dibanding April 2022, yaitu dari US$27.322,3 juta menjadi US$21.505,4 juta. Sementara jika dibanding Mei 2021, ekspor naik 27,00 persen.
Penurunan ekspor Mei 2022 dibanding April 2022 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas 22,71 persen, yaitu dari US$25.889,0 juta menjadi US$20.009,3 juta,
Sedangkan ekspor migas naik 4,38 persen dari US$1.433,3 juta menjadi US$1.496,1 juta.
Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor minyak mentah 35,21 persen menjadi US$151,1 juta dan gas juga naik 20,31 persen menjadi US$856,0 juta.
sedangkan ekspor hasil minyak turun 19,84 persen menjadi US$489,0 juta. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari–Mei 2022 mencapai US$114,97 miliar atau naik 36,34 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, sementara ekspor kumulatif nonmigas mencapai US$108,74 miliar atau naik 36,36 persen.
“Seperti kita ketahui perdagangan ekspor.merupakan ujung tombak pertumbuhan ekonomi nasional disamping meningkatnya angka konsumsi dan beberapa pilar lain sebagai pendukung pertumbuhan,” pungkas Mahalli.(bay)




