Sumaterapost.co | Sergai – Masyarakat nelayan tradisional Serdang Bedagai (Sergai) Sumatra Utara, semakin merasakan kesulitan ekonomi, pasalnya tangkapan hasil laut tak sesuai harapan, ditambah kenaikan harga BBM yang naik tinggi membuat nelayan tradisional semakin terpuruk.
Aktivitas ratusan kapal pukat trawl yang diduga tak ramah lingkungan semakin banyak beroperasi melakukan tangkapan ikan hingga mendekati bibir pantai dengan jarak 1 mil di wilayah perairan Serdang Bedagai sehingga meresahkan nelayan kecil.
“Kami nelayan kecil sudah mengadukan hal ini, tapi tak ada solusi. Jadi kami mau mengadu kemana lagi bang?,” ujar Damis (48) Nelayan warga Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu Sergai, Rabu, ( 7/9/2022) di pangkalan dermaga kecil nelayan pantai Kerumbuk.
Menurut Damis, jika tetap melaut, mereka para nelayan juga tidak mendapatkan hasil, karena wilayah tangkapannya sudah disapu rata oleh nelayan kapal pukat trawl yang diduga berasal dari Pagurawan Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara.
Apalagi saat ini kata Damis, BBM naik lagi, seperti jenis Pretalit hingga 10 ribu rupiah, kalau beli di pedagang eceran mencapai 12 ribu rupiah per liter dan solar di SPBU 6,800 ribu rupiah, eceran 10 ribu rupiah.
“Jadi bagaimana nasib kami nelayan kecil, sementara hasil tangkapan kami, ikan, udang, sudah sulit di dapat, sehingga tak sesuai lagi dengan pengeluaran dan hasil tangkapan ikan,” sambung Damis.
Dia mengatakan, saat ini para nelayan kecil memilih menambatkan sampannya di dermaga kecil, karena tidak mampu mengimbangi para pengguna pukat trawl.
“Nanti kami usir mereka melawan, mau kami langgar, mereka pakai kapal besar,”Kata Damis kesal.
Pantauan Sumaterapost.co, Rabu, (7/9/2022) di lokasi pangkalan nelayan pantai Kerumbuk Desa Bogak Besar tampak puluhan sampan nelayan tradisional bersandar tidak beraktivitas mencari ikan, udang.
Terkait dengan bebasnya pukat trawl ini, menurut Damis menambahkan, bahwa nelayan sudah sering menyampaikan hal ini kepada aparat kepolisian , karena nelayan pukat trawl ini beroperasi selama dua puluh empat jam. Tapi tidak ada juga tindakan.
“Dulu katanya polair dua puluh empat jam siaga, apa yang dua puluh empat jam,” ujar Damis.
Selain sudah pernah berunjuk rasa ke Polres Sergai, Damis juga mengaku sudah pernah mengadu ke Gubernur, tapi tetap juga tidak ada tindakan
“Jadi kami mau ngadu kemana?, Beginilah nasib kami nelayan kecil selalu tertindas,” tanya Damis kepada wartawan.
Akibat pukat trawl ini kata Damis, hasil tangkapan nelayan kecil turun drastis. Sehingga para nelayan kecil di Desa Bogak Besar ini bingung, karena jika mereka melaut, biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan.
“Biasanya kami satu sampan dapat dua puluh kilo, ini sekilo setengah satu sampan,” ungkap Damis mengakhiri.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Rahmad, salah satu nelayan di pantai Bogak Indah Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Sergai.
Menurutnya, puluhan nelayan yang biasa melaut dari pantai ini, saat ini lebih memilih menambatkan sampannya, Karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan akibat beroperasinya pukat trawl
“Balik modal pun nggak, ngapain kami melaut,”Katanya singkat.
Reporter: Bam16




