Sumaterapost.co | Deliserdang – Fenomena rentenir begitu kental bagi masyarakat Indonesia, terkhusus warga Desa Bulucina, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Banyak warga di daerah ini terlilit utang kepada rentenir.
Menariknya, jerat rentenir hampir dapat dirasakan warga yang tinggal pada semua dusun di daerah itu. Fenomena ini jelas bertolak belakang dengan sejarah Bulucina yang pernah jaya dan menyumbang ratusan triliun rupiah dari komoditas tembakau deli yang legendaris itu.
“Akibat tak mampu membayar utang, terjadi sejumlah masalah seperti usaha tumpur, lari malam, jual diri, anak putus sekolah, hidup berpindah-pindah dan gadaikan barang berharga,” kata Dedy Gunawan Hutajulu, seorang penulis muda asal Kota Medan, Sumatera Utara, saat membedah bukunya berjudul “Bangun Ekonomi Sedulur” dalam acara Stakeholder Meeting, yang digelar di Aula Balai Desa Bulucina, Kamis, (21/09/2022).

Beruntungnya, ada kelompok masyarakat di Desa Bulucina menyadari persoalan ini. Kelompok ini bernama Komite Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). KPMD kemudian berinovasi dengan mendirikan koperasi bernama Bangun Ekonomi Sedulur (BES).
Koperasi yang awalnya bermodalkan sebesar Rp 920 ribu, justru dalam enam tahun operasionalnya berjalan, telah berhasil menghimpun dana Rp 250 juta . Kini koperasi BES telah menyejahterakan sedikitnya 150 anggota.
Lebih jauh Dedy mengatakan, sejak awal dibentuk KPMD menyadari fenomena jerat rentenir terjadi dikarenakan masyarakat tidak memiliki akses terhadap pinjaman lunak.
Pada persoalan ini, kehadiran rentenir yang awalnya dianggap sebagai penyelamat, justru menjadi jebakan. Sebab memberi pinjaman uang dengan bunga tinggi, menyebabkan masyarakat miskin menjadi kewalahan dalam hal pengembaliannya.
Koperasi BES yang didirikan pada 2012 dan dibangun dengan semangat persaudaraan. Dalam praktiknya, masyarakat Desa Bulucina diajak bersatu padu berjuang bersama membangun ekonomi saudara-saudara (sedulur) mereka yang terjerat kemiskinan.
Mereka urun dana Rp 1.000,- perkeluarga secara rutin untuk membantu keluarga sedulur. Uang hasil urunan ini yang awalnya hanya belasan ribu, mereka gunakan sebagai modal awal mendirikan Koperasi BES. Melalui koperasi BES, secara perlahan KPMD pada akhirnya mampu membantu masyarakat yang terjerat kemiskinan.
Dalam enam tahun beroperasi, upaya KPMD melalui Koperasi BES mampu membuahkan hasil. Masyarakat yang awalnya terjerat utang ini, kata Dedy, mulai mengalami perubahan positif hingga akhirnya bisa terbebas dari persoalan finansial.
Menurutnya, dampak nyata dari kehadiran koperasi BES saat ini banyak anggota Koperasi BES yang mampu lepas dari jerat rentenir dan kini mereka bisa hidup mandiri secara ekonomi.
Salah satunya ialah Bu Rubikem. Melalui usaha warung mie sop yang dia bangun dengan pinjaman uang dari Koperasi BES, atau Kasio, wanita tersebut mampu menjadi taipan furniture setelah usaha tersebut yang sempat terpuruk. Sebab berkat kegigihan dan kerja keras, yang dibantu pinjaman lunak dari Koperasi BES, akhirnya usaha mebel Bu Rubikem kembali bangkit lagi.
Project Manager GNI Medan-Deliserdang, Anwar Suhut, menyebut, penanganan jerat rentenir di Desa Bulucina bukanlah mission imposible (misi yang mustahil). Menurutnya, masyarakat dapat terlepas dari jerat rentenir asalkan mereka mendapatkan akses terhadap pinjaman lunak.
“Akses itu yang harus diciptakan dan kemudian akses yang diberikan ke masyarakat tentu harus dapat dikelola dengan manajemen yang baik. Bagaimana menciptakan akses ekonomi dengan bunga rendah bagi masyarakat miskin, itulah yang dicetus oleh Koperasi BES,” terangnya.
Lebih jauh Anwar mengatakan, hanya dengan modal urunan yang awalnya Rp 1.000,-, kini lembaga koperasi ini telah menghimpun dana sedikitnya Rp 250 juta. Dimana, jumlah anggota aktifnya mencapai 150 orang.
“Sebagai lembaga yang fokus mendampingi KPMD dan Koperasi BES sejak awal, hal inilah yang ingin kami pastikan. Sehingga mereka memiliki kemampuan mengelola setiap sumber daya yang ada,” timpalnya.
Salman, selaku Koordinator Bidang Program Desa dari Kementerian Desa, merasa terinspirasi dengan kemampuan masyarakat Desa Bulucina menghadapi persoalan-persoalan kemiskinan melalui Koperasi BES.
Menurutnya, BES benar-benar koperasi yang memperjuangkan nasib masyarakat desa. Oleh karena itu dia berharap, Pemerintah Desa Buluxina sebaiknya merangkul masyarakat-masyarakat yang berdaya seperti yang dilakukan Koperasi BES.
“Kedepan, ketika disandingkan dengan pemerintah desa, harapannya ada dukungan dari pemerintah. Sehingga koperasi ini semakin berkembang dan manfaatnya semakin dirasakan masyarakat luas,” harap Salman.
Sementara itu, Inong, perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Deliserdang, memuji sepak terjang KPMD dengan Koperasi BESnya. Inong tertarik dengan model perkoperasian BES yang sangat menjawab persoalan masyarakat.
Secara terbuka, dia pun mengajukan mendaftarkan diri, beserta 700 petani dari 16 kelompok tani bawahannya, untuk bergabung dengan koperasi BES.
“Dan menurut saya, buku ini menarik dan enak dibaca,” ujar Inong.
(andi)




