Sumaterapost.co | Pesawaran – Kita sering terperangkap dalam tahayul politik. Kita disuruh percaya pada tahyul yang meyerebak di Lampung, “Kalau tidak punya uang, jangan berpolitik. Berarti hanya orang- orang kaya saja yang boleh berpolitik?” Ini ngawur dan berbahaya bagi nasib rakyat, khususnya masyarakat Kabupaten Pesawaran. Kata Endro S. Yahman, Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Pesawaran Lampung dalam Sambutan Pelatihan Pelatih Saksi Daerah (PPSD).
Pelatihan Pelatih Saksi Daerah (PPSD) ini diselenggarakan 2 hari mulai hari ini Sabtu 15 Oktober hingga Minggu 16 Oktober 2022, di Gedung SKB Desa Wiyono kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran.
Peserta yang ikut sebanyak 64 orang dari seluruh kecamatan di Kabupaten Pesawaran, yang nantinya akan menjadi pelatih saksi ditingkat TPS – TPS. Hadir dan yang membuka acara adalah May Sari Berty Wakil ketua DPD PDI Perjuangan yang juga Korwil DPD untuk wilayah Pesawaran.
Lanjut Endro S. Yahman, Bangsa Indonesia saat ini sedang mengidap penyakit inferior complex yang berat. Bahasa umumnya Inferior Complex adalah “minder”, atau rendah diri, tidak percaya diri bisa menjadi legislatif/wakil rakyat, pemimpin walaupun tidak punya uang. Seolah – olah uang dapat membeli suara rakyat, itu tidak benar. Rakyat sudah jenuh, bosan terhadap situasi politik yang demikian. Penyakit minder ini tidak boleh menghingapi kader PDI Perjuangan. Kita harus percaya diri bahwa kerja otak, dengan ilmu pengetahuan mengakseskan kebutuhan rakyat dengan program negara yang dijalankan oleh pemerintah. Dengan ilmu pengetahuan yang sudah terbuka melalui teknologi Informasi, kita sebagai kader partai mampu mencari jalan memandirikan ekonomi rakyat, untuk menyelesaikan problem kehidupan masyarakat. Masyarakat kita juga sedang dikepung oleh perasaan tidak berdaya.
Demikian juga kader partai, mulai saat ini mari kita berantas penyakit inferior complex ini. Tegas Endro S Yahman putra kelahiran Pringsewu Lampung ini.
Kita, PDI Perjuangan memilih pengetahuan sebagai basis sumber daya politik, bukan uang. Mengapa? Karena pengetahuan era globalisasi sekarang adalah amunisi yang tidak pernah ada habisnya (berbeda dengan kekerasan atau kekayaan) dan sekaligus juga merupakan sumber kekuasaan yang paling demokratis (dapat dimiliki oleh orang yang lemah maupun miskin). PDI Perjuangan adalah partainya “wong cilik”, keberpihakan, perjuangan kepada wong cilik menjadi prioritas.
Endro S. Yahman yang merupakan Alumni Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada ini menggarisbawahi, bahwa kita harus berani memerangi tahyul ini, demi membebaskan masyarakat dari cengkeraman orang – orang yang tidak punya nurani, tidak punya ideologi keberpihakan kepada rakyat yang mau menambah kekayaannya melalui lapangan politik. Kalau kita biarkan, akan seperti apawajah PDI Perjuangan dimasa depan. Ayokita benahi bersama. Ayo mari kita lakukan pendidikan, penyadaran politik ditengah rakyat.
Kalian semua sebagai pejuang partai, harus melakukan penjelasan kepada kader partai, bagaimana menyambungkan kepentingan rakyat dengan partai. Karena partai adalah corong masyarakat. Mari kita jaga baik – baik corong ini, corong amanat penderitaan rakyat. Selamat belajar, karena belajar juga berjuang, berjuang adalah dedikasi hidup dan Dedikasi hidup adalah berjuang untuk kebesaran PDI Perjuangan dan kesejahteraan wong cilik. Pungkas Endro S Yahman.
(andoyo)




