Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Apa hanya politikus, menerobos berbagai rambu dalam moralitas, agama, bahkan ide atau pemikiran?
Kenapa harus tidak sopan?
Setiap batasan seolah hilang, dipangkas
Berbagai potensi berupa kenyataan menjadi sederhana dalam reflika politik, meski penyerapannya dirasa semena-mena.
Tidak dengan mencaci karena bukan begitu cara kami diajari mengingatkan pemimpin, namun tidak juga dialog, karena tidak didapati juga cara bagaimana memulainya.
Mengaitkannya dengan tanda-tanda kiamat atau akhir zaman? Saya tidak sepintar itu, saya tidak berani orangnya…
Maka, yang saya lakukan adalah berdo’a, itu pun diajari al-Qur’an…
“Rabbana afrigh alaynaa shobron wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa ‘alal quomil kaafiriin” adalah do’a Talut, pemimpin yang dipilihkan langsung oleh Allah untuk Banii Israail dalam suatu peperangan melawan Jalut.
“Rabbanaa afrigh ‘alaynaa shobron wa tawaffanaa ma’al abroor.” Do’a orang soleh mengharap kesabaran,
Juga “Rabbanaa afrigh ‘alaynaa shobron wa tawaffanaa Muslimin.” Do’a tobatnya para penyihir suruhan Fir’aun dalam menghadapi Nabi Musa ‘alaihissalaam.




