Bandarlampung – Sastrawan Lampung Zabidi Yakub penerima Hadiah Sastera Rancagé 2023 untuk kategori sastra daerah Lampung, diundang ke Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang berlangsung 18—22 Oktober 2023 di Ubud, Bali.
Pada helat UWRF ke-20 ini, untuk kali pertama Yayasan Kebudayaan Rancagé diajak Yayasan Mudra Swari Saraswati, penyelenggara event tahunan UWRF, untuk terlibat mengisi acara khususnya mengenai kiprahnya dalam memberikan penghargaan terhadap penulis karya sastra berbahasa daerah.
Hadir bersama Zabidi Yakub hadir pula para pemenang Hadiah Sastra Rancagé lainnya. Yaitu, Saut Poltak Tambunan (sastra Batak), Hadi AKS (sastra Sunda), Narko Sodrun Budiman (sastra Jawa), dan I Wayan Dibia (sastra Bali).
Dalam event ini kepada mereka bakal diserahkan piagam penghargaan untuk buku sastra daerah yang menjadi pemenang Hadiah Sastra Rancagé tahun 2023. “Penghargaan Sastra Rancagé diberikan kepada individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan bahasa dan sastra daerah di Indonesia,” ujar Zabidi dalam keretangannya.
Lebih lanjut, dipaparkannya Lima buku sastra daerah pemenang Hadiah Sastra Rancagé tahun 2023 adalah, Surat ti Palmira (sastra Sunda, Hadi AKS), Suro Agul-Agul (sastra Jawa, Narko Sodrun Budiman), Kali Sengara (sastra Bali, I Wayan Dibia), Boan Ahu Molak (sastra Batak, Saut Poltak Tambunan), dan Singkapan (sastra Lampung, Zabidi Yakub). Piagam penghargaan ini semula akan diserahkan pada 29 Juli 2023 di Bandung, namun ditunda dan dialihkan ke Bali bersamaan dengan UWRF.
Yayasan Kebudayaan Rancagé dilibatkan dalam UWRF mengingat kontribusinya terhadap pelestarian dan pemertahanan karya sastra daerah dengan memberikan penghargaan kepada para penulis sastra daerah. Selama 35 tahun kiprahnya, sudah banyak penulis buku sastra berbahasa daerah diberi penghargaan, terutama sastra Sunda, Jawa, Batak, dan Bali.
Sastra Lampung sejauh ini, belum bisa setiap tahun mengirimkan hasil karya ke Yayasan Kebudayaan Rancagé.
Menurut Zabidi, yang menjadi kendala adalah tidak banyak sastrawan Lampung yang bisa berbahasa Lampung sekaligus peduli dan mampu menghasilkan karya sastra bahasa Lampung.
“Melestarikan bahasa daerah dengan membuat karya sastra bergenre apa pun, adalah puncak tertinggi dari sebuah kepedulian. Dan, menemukan orang yang peduli tersebut, adalah puncak tertinggi dari sebuah kegembiraan. Bukan ganjaran hadiah apa pun,” terang Zabidi Yakub.
Sementara itu, pihak panitia UWRF menghimbau , siapa pun penggemar bahasa, peneliti budaya, atau sekadar ingin tahu tentang keindahan bahasa-bahasa Nusantara, bergabunglah dalam event Rancagé di UWRF untuk memulai perjalanan ke dunia bahasa-bahasa Nusantara dan rayakan kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. “Acara ini akan memberikan wawasan berharga tentang keanekaragaman bahasa yang memperkaya Indonesia,” demikian imbauan panitia UWRF dalam rilisnya.
Temanya Teilhami dari Tri Samaya
Pada UWRF kali ini bergabung bersama lebih dari 200 penulis, cendikiawan, seniman, dan budayawan dari seluruh pelosok Indonesia dan dunia. UWRF tahun ini mengambil tema Atita, Wartamana, Anagata: The Past, the Present, and the Future. Tema ini diilhami oleh konsep kearifan lokal Bali Tri Samaya, yang mengandung pandangan filosofis masyarakat Bali mengenai waktu, yang dipandang sebagai suatu hal yang bersifat non-linear, sirkular dan kolektif.
Tema ini mengandung gagasan tentang Atita, Wartamana, Anagata (masa lalu, masa kini, masa depan) sebagai tiga hal yang bukan hanya tidak terpisahkan antara satu sama lain, melainkan juga berlangsung secara bersamaan. Konsep ini membangkitkan representasi metafisik sebuah ‘makhluk’ yang cakupannya jauh melampaui daur hidup seorang manusia individual. Konsep ini menekankan penting keseimbangan dan keselarasan, yang kemudian merajut sebuah benang rapuh yang mengikatkan takdir umat manusia melintasi batas waktu dan ruang.
Selain untuk menerima Hadiah Sastera Rancagé, mereka berlima diberi kesempatan mengikuti beberapa event. Di antaranya, Main Program-Beyond Bahasa, Fringe Event di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Festival Club (Sastra Lokal di Panggung Internasional) yang akan diisi oleh Yayasan Kebudayaan Rancagé. Para pemenang Hadiah Sastera Rancagé akan terlibat dalam Talkshow Sastra Daerah dengan dipandu oleh moderator. (Christian Saputro)




