Penulis: Saidi.S.Pd., MM (Kepala SMPN 2 Kopang)
Lombok Tengah, NTB – Sumaterapost.co |
Kata “guru” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda (n) orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, niprofesinya) mengajar. Sedangkan menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
Pada era globalisasi dan digitalisasi tantangannya sangat besar dan persaingan sangat ketat. Untuk memenangkan persaingan tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan hebat agar mampu memenangkan setiap persaingan. Oleh karena itu kehadiran guru guru profesional dan hebat sangat dibutuhkan.
Guru yang profesional bukan saja guru yang hanya mengandalkan kepintaran, karena hanya pintar saja tidak cukup, namun guru yang profesional harus memiliki kreativitas untuk menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang begitu cepat. Karena itu, sangat penting bagi seorang guru untuk melatih kreativitasnya agar informasi dan materi pelajaran yang ingin disampaikan bisa diserap baik oleh para siswa. Sedangkan untuk mencapai hal ini, tentunya dibutuhkan kreativitas atau soft skills.
Dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi, seorang guru tidak cukup mengajarkan hal-hal yang bersifat akademis, tapi harus mampu memberikan pendidikan karakter atau nilai-nilai pada anak seperti nilai kejujuran, sopan santun, toleransi. saling menghargai terhadap sesama. Hal ini bisa dicapai dengan tiga hal yakni : keteladanan penciptaan lingkungan, dan pembiasaan (Prof. Suparlan, MA). Sehubungan dengan hal tersebut maka langkah terpenting dalam pendidikan karakter adalah keteladanan artinya seorang guru harus mampu menjadi sosok yang diteladani oleh para siswanya.
Dan perlu menjadi perhatian bahwa pendidikan akhlak bukan saja tanggung jawab seorang agama atau pendidikan Kewargaan negara saja, namun tanggung jawab semua guru, karena pendidikan karakter sesungguhnya bisa diintegrasikan pada semua bidang studi.
Pendidikan karakter di era globalisasi dan digitalisasi adalah sebuah keniscayaan untuk mengendalikan kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki dalam rangka memecahkan setiap persoalan hidup yang dihadapi. Kalau pendidikan karakter ini diabaikan maka para siswa akan kehilangan arah dan kendali dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat
penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya. Guru profesional adalah guru mampu menyesuaikan cara mengajar dan mendidik sesuai dengan kebutuhan generasi anak bangsa. Sebagai contoh, pemanfaatan alat komunikasi, informasi dan teknologi (IT) diera sekarang ini sangat tinggi, maka guru harus mampu memberikan pembelajaran berbasis IT. Namun persoalan pendidikan bukan hannya pada transfer ilmu saja. Tetapi seorang guru harus mampu mengajar dan mendidik dengan hati dan mereka juga harus mampu mendidik murid muridnya menjadi anak anak yang memiliki akhlak mulia. Menjadi guru juga harus bersedia mendengarkan keluhan keluhan atau
kesulitan kesulitan yang dihadapi oleh murid muridnya.
Dengan demikian, guru hebat adalah guru yang mampu merancang bangun, melaksanakan, dan menilai pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Mereka melaksanakan tugas dengan fokus pada pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi insan sejati sesuai tuntutan zaman.
Untuk menjadi guru yang hebat harus mampu mendidik dengan niat ikhlas sebagai ibadah, memperkokoh kepribadian, meningkatkan kopetensi secara kontinyu dengan memahami konteks kekinian secara menyeluruh.
(*)