Semarang – Semarang Contemporary Art Gallery menaja pameran kelompok Khas/Bentuk : Telusur Mula Abstrak Kontemporer Indonesia bertajuk : “Abstraction/Distinction”.
Pameran yang digelar di Semarang Contemporary Art Gallery, Jl. Taman Srigunting no.5-6 Kota Lama, Semarang ini menampilkan karya-karya abstrak kontemporer dari para seniman yang tersebar dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, hingga seniman diaspora.
Dalam gelaran pameran yang dikuratori oleh Gumilar Ganjarini ditaja 21 keping karya rupa dari 10 seniman yaitu; Condro Piyoaji, Didin Jirot, Eldwin Pradipta, Kemalezedine, Muklay, Nurrachmat Widyasena, Stereoflow, Tara Astari Kasenda, Utami Atasia Ishii, dan Widi Pangestu.
Menurut Gumilar Ganjar dalam kuratorialnya Kelompok Khas / Bentuk berupa untuk menentukan posisi formalisme seni kontemporer dalam konteks Indonesia. Wujud survey regional yang digunakan ditujukan untuk menelisik bagaimana kekhususan kontekstual-regional dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan lainnya, mempengaruhi proses kemenjadian dan perwujudan.
Pameran ini, imbuh Gumilar, berupaya merespon skeptisisme yang mengitari karya-karya non-representasional dalam konteks kemutakhiran, sifat hibrid yang khas dari formalisme kontemporer dalam menghidupkan representasi seni bersamaan bentuk murni secara berdampingan, mendapatkan penekanan yang sepadan.
“Gestur ini membuka dialog kritis terhadap realisme antroposentris, menyiratkan urgensi tentang pentingnya pencerminan terhadap ‘hegemoni pemikiran,’ tentang posisi manusia dalam menentukan keseluruhan kenyataan,” beber Gumilar.
Pameran ini, lanjut Gumilar, diniatkan sebagai bentuk peninjauan tentang sensibilitas baru yang disebut kemudian sebagai formalisme kontemporer, pameran ini akan mengungkap bagaimana gestur tersebut mengindikasikan adanya pergeseran paradigma dalam mendekati praktik penciptaan. Tidak hanya ditawarkan peninjauan ulang tentang definisi, signifikansi, serta perbedaan antara representasi seni dan bentuk murni, pameran ini juga turut menunjukkan posisi serta kontribusi mereka dalam khazanah seni rupa kontemporer.
Memperlebar pembahasan dengan melibatkan konteks regional sebagai tolakan survey, pembacaan ini kemudian mencoba menunjukkan pengaruh kekhususan lokalitas medan Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, bahkan diaspora, terhadap kemenjadian bentuk para partisipan.
“Dengan pembahasan yang melalui ragam perlintasan ini, kita mengalami semacam dialog kritis yang merespon bias-bias realisme antroposentris. Karya-karya yang dihadirkan menawarkan pencerminan, tentang perlunya adanya pembahasan ulang ataupun lanjutan, seputar ‘hegemoni’ representasi dan keangkuhan manusia dalam menentukan kenyataan, pun tentang keterbatasan bahasa, seraya membuka relung-relung pembahasan baru yang kian melebarkan horizon pemahaman,” imbuh Gumilar.
Sementara itu, Manager Semarang Gallery Denis Levi Dharmawan mengatakan, Pameran Khas / Bentuk yang akan dibuka Sabtu, 24 Februari 2024, Pukul, 19:00 WIB ini akan berlangsung selama kurang lebih 2 bulan hingga 14 April 2024. “Diharapkan pameran ini akan memberi warna dan memperkaya literasi dunia seni rupa kontemporer Indonesia,” pungkas Denis. (Christian Saputro)




