Sumaterapost.co | Pringsewu – Himpaudi Kabupaten Pringsewu Bersama PG Edutech Education melaksanakan Whorkshop Penyusunan ajar dan laporan perkembangan anak berbasis aplikasi untuk PAUD, tepat hari libur di hari raya Waisak, berlangsung, Kamis,(23/5) di Gedung NU Kabupaten Pringsewu.
Kegiatan yang berlangsung di tanggal merah, dikeluhkan salah satu pengelola PAUD yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, mengapa kegiatan di hari libur bertepatan dengan hari raya Waisak dan per orang harus membayar Rp 200.000,- sedangkan lembaganya harus mengirimkan 2 orang sehingga harus membayar Rp 400.000.,
“Keterbatasan pemasukan kami yang menjadi berat, harus mengikuti Whorkshop dengan anggaran sebesar Rp 200.000,-”
“Anggaran tersebut juga tidak dijelaskan keperuntukannya,” ujar beberapa pengelola PAUD di Kabupaten Pringsewu, yang minta namanya di rahasiakan.
Menyikapi permasalahan ini, Aktivis dari People Corruption Watch, Agus Alatas mengatakan, sangat menyayangkan kegiatan guru-guru PAUD yang dilaksanakan di hari Libur Hari Raya Waisak, dan diduga pungutan untuk kegiatan yang terlalu besar per orang Rp 200.000 sementara per PAUD harus mengirimkan 2 peserta, seperti apa yang dikeluhkan oleh pengelola PAUD.
Dikatakan Agus Alatas, Beban guru menumpuk, bertambah banyak, kosentrasi guru sebagai tugas utamannya yakni mendidik terpecah, harus melengkapi administrasi ditambah lagi dengan menyiapkan RHK aplikasi. Selain harus mengajar, guru harus menyelesaikan administrasi yang nyeleneh, seperti saat ini pengisian Rencana Hasil Kerja (RHK) di Fitur PMM.
Bahkan harus mengikuti pelatihan atau workshop, yang belum tentu isi materi dari workshop bisa diaplikasikan saat mengajar, apalagi guru PAUD, mereka akan terbebani waktu bahkan biaya, jikalau memang sudah ada sponsor ya harusnya semua ditanggung oleh sponsor jangan memungut iuran kepada guru PAUD yang honornya terkadang dibayangkan 3 bulan sekali.
sudah terbebani tugas sebagai guru, masih dibebankan biaya, ujarnya.
Seharusnya dinas terkait harus mengalokasikan anggaran jika akan mengadakan whorkshop atau pelatihan untuk guru, “Tidak semua guru ASN, masih banyak guru honorer yang penghasilannya tidak seberapa namun terpaksa harus membayar iuran whork Shop atau pelatihan” kata Agus Alatas.
Menyikapi permasalahan ini, Ketua HIMPAUDI Kabupaten Pringsewu, saat di konfirmasi melalui WhatsApp, Kamis, (23/5), Umi Laila.,M.Pd.I menyatakan,
Bukan 200 ribu, tapi100 ribu perpeserta,
Whorkshop, memang di ambil hari libur biar tidak menganggu belajar mengajar guru dan anak,
dan whorkshop ini sangat penting, karena akan diajarkan membuat aplikasi berbasis belajar merdeka.
“Nah aplikasi ini sangat berguna untuk membuat pelaporan seperti ngisi rapot, dll ” kata Umi Laila.(doy).