Oleh. Hasbullah
Hari Arofah merupakan satu hari yang penting bagi umat Islam. Hari yang mencerminkan esensi dari pengampunan, hari yang berisi refleksi suatu kejadian dan hari menjadi puncak suatu Ibadah. Arafah menjadi tempat dimana harinya sangat bernilai bagi umat Islam yang sedang ibadah haji dan juga bermakna bagi yang tidak menunaikan ibadah haji. Karena Arafah ditetapkan menjadi hari yang memberikan kesempatan untuk semakin dekat kepada Allah SWT., Muhasabah dan merasakan begitu besar serta pentingnya kepedulian terhadap orang lain.
Arofah, menjadi hari yang sarat akan nilai-nilai religius yang terangkum dalam kegiatan berdiam di satu tempat. Hari yang menyampaikan pesan tentang keindahan Islam yang sesungguhnya karena keimanan, puncak ketaatan dan menyampaikan keindahan relasi antara hamba dan Sang Maha Pencipta. Sehingga wukuf di Arofah menjadi puncak dari pelaksanaan ibadah haji, dan di sunnah berpuasa bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji.
Berkumpul semua jamaah haji di padang Arafah, dari siang hingga terbenam matahari untuk melaksanakan wukuf. Maka wukuf di Arafah adalah rukun haji mutlak, yang menentukan sah tidaknya ibadah haji bagi seseorang Muslim yang melaksanakannya. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW. “Haji adalah (wukuf di) Arafah. Siapa yang datang (di Arafah) pada hari Nahar malam sebelum fajar terbit, dia terhitung melakukan wukuf.” (HR Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah).
Wukuf di Arafah dijadikan hari puncak haji, hari dianjurkan untuk banyak berdoa, berzikir serta memohon ampunan. Sebab banyak peristiwa yang mengandung pengampunan di dalamnya. Salah satunya adalah bertemunya Nabi Adam AS dengan Siti Hawa, setelah sekian lama di pisahkan ketika dikeluarkan dari Surga.
Peristiwa lain yang terjadi pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu akan di sembelihnya Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim yang telah disetujui oleh keduanya. Namun karena keberanian, ketaatan serta kepasrahan Nabi Ibrahim kepada Allah, serta berbaktinya Nabi Ismail kepada Ayahnya maka Allah SWT menggantinya dengan seekor kambing jantan dari Surga sesaat sebelum Nabi Ismail di sembelih.
Maka, Arofah menjadi hari pertemuan bagi seluruh jamaah Haji di tempat dan waktu yang sama. Semua melakukan kegiatan yang sama, sehingga secara nilai bawah hari itu merupakan tempat refleksi, merenungkan atas keadaan diri dan hari memperbanyak doa agar diampuni segala khilaf dan dosa oleh Allah SWT. Karena hari pertemuan sudah pasti akan terjadi relasi sosial yang melahirkan solidaritas sosial, kebersamaan, kesetaraan dan persatuan umat Islam.
Maka, dapat dimaknai bahwa hari Arofah adalah hari penuh makna, hikmah dan pelajaran bagi umat Islam di seluruh dunia. Merayakannya dengan cara wukuf dan puasa, dapat membantu mendekatkan diri kepada Allah secara spiritual dan juga berhubungan secara sosial dengan sesama manusia.
Penulis:
Petugas Haji Daerah Kab. Pringsewu
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu




