Semarang – Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) menggelar Ki Ageng Pandanaran Art Festival. Gelaran festival ini merupakan sebuah upaya Pemkot Semarang mengintergrasikan pariwisata diwilayah Kedung Sepur.
Dalam gelaran Pandanaran Art Festival (PAF) 2024 yang ditaja di Kota Lama, Semarang, akhir pekan lalu ini Semarang mengundang Bupati dan Wali Kota se-Kedungsepur.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Kendal Dico Ganinduto serta perwakilan Bupati/Wali Kota Demak, Grobogan, Kabupaten Semarang dan Salatiga.
Perlu diketahui, Kedungsepur merupakan akronim dari Kendal-Demak-Ungaran-Semarang-Purwodadi adalah sebuah wilayah metropolitan yang berada di eks-keresidenan Semarang dan terdiri dari Kendal, Demak, Ungaran (ibu kota Kabupaten Semarang), Kota Salatiga, dan Purwodadi (ibu kota Kabupaten Grobogan) dengan Kota Semarang sebagai kota intinya.

Pada kesempatan ini Wali Kota Semrang juga melaksanakan peluncuran program Gemerlap Wayang Dahsyat yang merupakan akronim dari “StrateGi ImplEMEntasi PaRiwisata BerkuaLitas DalAm Rangka Mewujudkan Destinasi PariWisAta Yang BerdayA SaING, Berkelanjutan Dan Meningkatkan KeSejahteraan RakYAT di Kota Semarang” sebagai strategi untuk memajukan sektor pariwisata di Kota Semarang. Sedangkan sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang menandatangani fakta intergritas untuk meningkatkan pariwisata yang berkualitas diikuti oleh OPD dan Asosiasi dan organisasi yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berkomitmen kuat dalam mewujudkan strategi pariwisata yang harmoni di kawasan Kedungsepur.
Mbak Ita sapaan karib Wali Kota Semarang mengatakan sektor pariwisata yang diangkat masing-masing daerah di Kedungsepur memiliki keunikan tersendiri.
“Pariwisata di Kedungsepur banyak ragamnya ada wisata heritage di Kota Lama Semarang, ada wisata religi di Kabupaten Demak, wisata air di Kabupaten Kendal. Selain itu ada wisata sejarah Mrapen dengan Bledug kuwunya di Grobogan serta wisata alam dan kekinian di Salatiga dan Kabupaten Semarang,” bebernya.
Menurut Mbak Ita dengan berbagai macam ciri khas dan kekayaan potensi pariwisata tersebut, akan menjadi nilai tawar bagi pengunjung jika terintegrasi dengan baik.
“Jika ini menjadi satu kesatuan, wisatawan datang ke sini tidak hanya ke Kota Semarang saja, tapi bisa juga ke Demak, ke Grobogan, Ungaran, Salatiga atau ke Kendal. Pariwisata bisa tersentral, dan membuat pengunjung kangen untuk datang kembali berwisata di wilayah Kedungsepur,” tandasnya.
Keguatan Pandanaran Art Festival 2024
Terkait kegiatan Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024, lanjutnya, merupakan kegiatan untuk mengenang dan nguri-uri Bupati Pertama Kota Semarang Ki Ageng Pandanaran.
Tepat pada Sabtu (27/7) merupakan Haul Ki Ageng Pandanaran ke-522 yang menjadi tonggak sejarah Ibu Kota Jawa Tengah ini.
“Untuk itu kami menghelat Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 sekaligus Peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama di Kota Lama Semarang. Kemudian pada moment ini kami undang Bupati/Wali Kota se-Kedungsepur untuk mensinergikan sektor pariwisata,” ungkapnya.
Dalam peringatan Hari Kebaya Nasional ini dimeriahkan dengan parade 2.000 perempuan berkebaya dari berbagai unsur masyarakat di Kota Semarang dan juga dihadiri dari berbagai daerah.
“Kebaya merupakan warisan budaya tak benda yang saat ini tengah diajukan prosesnya ke Unesco. Meskipun tidak sendiri, tetapi kebaya ini memiliki keseragaman dengan pakaian adat ASEAN, karena kebaya hampir sama dengan milik negara tetangga,” pungkasnya.
Rangkaian acara Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 selain penampilan 1000 wanita berkebaya, juga ada tari bian lian, pertunjukan lawak, konser musik serta pameran lukisan, foto, dan arsip sejarah serta legenda kota semarang di Gedung Oudetrap yang berlangsung sari 27 -31 Juli 2024. Gelaran Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 dimeriahkan penampilan dari bintang tamau Adera dan Soegi Bornean.
(Christian Saputro)




