Semarang – Perkumpulan Sosial dan Budaya Boen Hian Tong atau yang juga dikenal dengan sebutan Rasa Dharma kebali menggelar acara ziarah ke makam K.H Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Kompleks Makam Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Perjalanan spiritual yang mengusung nama Cengbengan Gus Dur ini bertujuan memupuk dan mewarisi nilai-nilai luhur teladan bapak Tionghoa Indonesia.
Ketua Perkumpulan Sosial dan Budaya Boen Hian Tong Harjanto Halim mengatakan, perjalanan spiritual yang mengusung nama Cengbengan Gus Dur ini bertujuan untuk memupuk dan mewarisi nilai-nilai luhur teladan bapak Tionghoa Indonesia.
Ceng Beng sendiri dalam bahasa Hokkian, artinya terang benderang yang kemudian disimbolkan mendatangi makam leluhur – berziarah — dengan mendoakan agar mendapat cahaya hidup bagi anggota keluarga yang masih ada.
“KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merupakan Presiden ke -4 Republik Indonesia. Gus Dur merupakan guru bangsa pendukung minoritas. Tokoh yang sangat dihargai dan dihormati bukan hanya oleh orang Tionghoa tetapi oleh selurih bangsa Indonesia, ” terangnya.
Harjanto lebih lanjut memaparkan rombongan berangkat dari Gedung Rasa Dharma (Boen Hian Tong) , Gang Pinggir 31, Semarang, Sabtu, (24/08/2024) pagi. Sebelumnya akan didahului dengan ritual sembahyang di hadapan sinci leluhur di alatar utama Boen Hian Tong untuk persiapan membawa sinci Gus Dur.
“Sinci atau papan arwah yang selama ini disemayamkan di altar utama Boen Hian Tong akan dibawa ke Jombang nantinya akan didoakan secara lintas agama di hadapan makam Gus Dur di TKompleks Tebu Tebu Ireng, ” terangnya.
Harjanto Halim, membabarkan sinci Gus Dur adalah bentuk penghormatan kepada Gus Dur dari masyarakat Tionghoa. Sinci adalah papan kayu bertuliskan nama leluhur yang sudah meninggal dan diletakkan pada altar penghormatan. Kalau sudah diberikan Sinci atau silsilah, namanya tentu akan selalu didoakan oleh komunitas Tionghoa.
“Kami ingin menghormati jasa-jasa Gus Dur baik ketika masih hidup dulu. Jadi Gus Dur juga didoakan oleh kaum Tionghoa seperti leluhur lainnya. Bahkan setiap haul Gus Dur kami juga memperingatinya,” imbuh Harjanto.
Pada sinci Gus Dur, imbuh, Harjanto, tertulis dalam aksara Hanzi kalimat; ‘Yin Hua Zhi Fu, Fu Ruo Guo Zhi’” yang artinya, “Bapak Tionghoa Indonesia, Guru Bangsa, Pendukung Minoritas.
“Fungsi sinci yang paling mudah adalah untuk melacak silsilah leluhur. Melihat keturunannya sampai ke tingkat paling awal menjadi mudah. Juga soal hobi dan apa kesukaannya juga tertulis,” jelas Harjanto.
Menariknya papan silsilah Gus Dur pada puncaknya ada seperti atap terdiri tiga susun. Menurut Harjanto ini mencontoh atap Masdjid Agung Demak, yang tiga trap yang menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan.
“Dulu puncaknya bulat seperti kubah masjid kebanyakan. Tetapi setelah berkonsultasi dengan Gus Mus disarankan untuk diganti, karena Gus Dur lebih suka arsitektur lokal. Gus Mus menyarankan untuk mengganti seperti puncak Masjid Agung Demak,” imbuh Harjanto.
Penghormatan terhadap Gus Dur diberikan dalam bentuk Sinci alasannya, lanjut Harjanto, bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dinilai telah menghapus kekangan, tekanan dan prasangka.
“Dulu kaum Tionghoa kerap mendapati stigma buruk baik dari pemerintah Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya. Gus Dur juga dinilai telah berjasa menjadikan semua warga negara menjadi setara. Gus Dur itu toleran dan menerima perbedaan,” pungkas Harjanto.
Wisata Budaya, Separación dan Kuliner
Sementara itu, Wenshe Oei Hui Ling alias Indriani Hadisumarto salah satu koordinator mengatakan, selain ziarah ke makam Gus Dur rombongan juga melakukan wisata budaya mengunjungi Klenteng Hong San Kiong, Gudo, Jombang, Museum Wayang Potehi, dan menonton pertunjukan wayang Potehi,
“Selain itu peserta ziarah diajak kulineran menikmati nasi kikil merah Mojosongo salah satu makan kesukaan Gus Dur yang legendaris,’ imbuh Ling Ling sapaan akrab Indriani Hadisumarto.
Sementara Ulin menambahkan rombongan juga akan menikmati sarapan dan sunrise di kawasan bendungan Rolak 70, mengunjungi situs bersejarah dinasti Qing, juga menyambangi Maha Vihara Mojopait, Trowulan, Candi Rimbi dan Candi Tikus “Belanja oleh-oleh khas setempat manik-manik dan tahu susu juga menjadi agenda kunjungan,” ujar Ulin (Christian Saputro)
.




