Semarang – Maretha Hati Natara Foundation (MHNF) disokong Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia lsiap menaja gelaran Craftoria Heritage. Perhelatan Pasar Seni Rupa “Craftopia Heritage” bakal dibuka di Monod Deph Huis, Kota Lama, Semarang, Selasa (13/05/2025). Sedangkan kegiatan Craftopia Heritage akan berlangsung hingga Sabtu (17/05/2025).
Menurut Handoyo Salafi dari MHNF gelaran akbar Crafttopia Heritage ini bakal menaja 1723 karya seni berupa; karya instalasi, patung, ilustrasi,gambar, sketsa,lukisan, komik,arsip, jurnal, dokumen, bulletin, buku,merchandising fashion, film,foyo, video, animasi, grafis, fotocopy, digital, cetak juga menggelar aktivitas komunitas dan performance art.
“Kegiatan Craftopia Heritage – Membendakan Warisan Budaya Tak Benda Melalui Pasar Seni Rupa Berkelanjutan ini melibatkan 70 mitra kolaborator dari 39 Kota Jawa – Bali ang terbentukdalam Ekosistem seni, ” ujar Handoyo.
Kurator Heru Hikayat dala pengantar kurasinya mengatakan Craftopia Heritage merupakan pameran yang dihasilkan dari erangkaian survey dan proses amatan. Karya yang hadir dalam even ini adalah sajian yang beragam gejala visual yang diniatkanuntuk berpijak pada kelokalan. “Survey, amatan, dan kelokalan menjadi kunci Craftopia Heritage. Dengan mengacu pada konsep “Objek pemajuan kebudayaan”, dalam Undang-Undang No.5/2017, membidik sejumlah entitas kebudayaan di wilayah Semarang,” ujar Heru.
Lebih lanjut, Heru paparannya sebagai berikut; Laut Membenuk Sejarah Pesisir Kota, Cerita Mistik Perisai Konservasi Arsitektur Kolonial, Ngesti Pandawa Bertahan degan “Wayang On The Street” , Pasar Dugderan Magnet Keragaman Ekonomi Kreatif, Lumpia Semarang Jajanan Tionghoa Cita Rasa Persaudaraan, Potensi Ornamen Baru pada Batik Semarangan dan Lafal UnikTutur Vokal Warga Semarang.
Heru menyebutkan kritikus Sanento Yuliman merumuskan frasa lain; ‘dun seni rupa’,yakni “seni rupa atas’ an ‘seni rupa bawah’. Selain pemilahan, ada hirarki di sini, yang berhubung pula dengan kelassosial.
”Seolah-olah dua seni rupa yang baik (atau adiluhung) hanyalah seni rupa yang dipratikkan oleh kaum bangsawan (atau kelas menengah): yaitu ‘seni rupa atas”. Di luar itu, bukanlahseni rupa – atau sekurang-kurangnya, bukan seni rupa yang baik. Seni rupa bawah adalah seni rupa bawahan,” terang Heru.
Salah satu pelajaran yang bisa kita petik dari Sanento Yuliman, lanjut Heru, adalah mengingat betapa Nusantara amat kaya potensi budayanya, maka kita harus sabar dan teliti dalam mengamati serta jembar wawasan, jangan buru-buru menilai dan mengelompokkn tanpa sungguh-sungguh mengamati.
“Model kerjaCraftopia Heritage menjangkarkan dirinya pada survey, pengamatan dan kelokalan, Craftopia Heritage seni rupa dalam pengertian seluas-luasnya. Atas, bawah,kiri, kanan, lapisan-lapisan yang berada di ruang antara, ruang-ruang yang berkelindan, dan perpaduan semua itu,” ujarHeru.
Dengan demikian, imbuh Heru, Craftopia Heritage, menjanjikan suatu model kegiatan yang bisa berkelanjutan selama energy untuk melakukan survey dan amatan tetap terpelihara, serta ukungan pada produksi karya tetap terjaga. Selanjutnya, tentu saja pasar (dalam pengertian luas), perlu menanggapinya pula secara positif. “Model ini cukup ideal, karena alur dari hulu ke hilir cukup lengkap dijalani,” ungkap Heru optimistis. (Christian Saputro).