Semarang – Tak kenal lelah, Kolektif Hysteria Semarang kembali memperluas jangkauan jaringan internasionalnya dengan menggelar tur pemutaran film dokumenter ‘Legiun Tulang Lunak’ di Korea Selatan, Jumat (30/05/2025).
Dalam rilisnya diungkapkan pemutaran ini menjadi bagian dari rangkaian tur bertajuk Tur Lawatan Jalan Terus “Bandeng Keliling Asia”, yang mengusung semangat kolektivisme dan mengenalkan dinamika perjalanan Hysteria selama 20 tahun usianya.
Berbeda dari negara sebelumnya, Screening Film Dokumenter di negeri Gingseng ini dilakukan dua kali. Diketahui sebelumnya, Tur Lawatan Jalan Terus – Bandeng Keliling Asia ini telah terlaksana di Thailand dan Vietnam, pada periode bulan Maret dan April 2025 lalu.
Berkolaborasi dengan Dong Dong Company & Local Strange, acara diselenggarakan di Hwaseong dan akan digelar di Jogno-gu, Seoul juga pada Senin (02/06/2025) lalu.
Acara dimulai pukul 7 malam waktu setempat, dengan dihadiri oleh pegiat komunitas seni lokal lainnya dan beberapa perwakilan dari anggota Dong Dong Company sendiri. Legiun Tulang Lunak sendiri merekam potret perjalanan Hysteria selama 20 tahun berkolektif di Semarang.
Setelah dilakukannya screening film selama kurang lebih 55 menit, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bersama atau berbagi cerita mengenai perbandingan hidup berkolektif antara di Korea Selatan dan di Semarang.
“Gerakan kolektif yang kami lakukan bukan hanya tentang seni atau akademik. Ini tentang bagaimana kami hidup dan membaur dengan masyarakat,” ungkap Pujo Nugorho anggota Hysteria dalam sesi diskusi pasca-screening.
Diskusi yang berlangsung hangat juga membahas isu-isu seputar urbanisme dan hak atas tanah di Semarang, serta bagaimana kerja-kerja budaya Hysteria berfungsi sebagai upaya pengarsipan sejarah kampung agar masyarakat dapat melindungi tanah mereka sendiri. Para peserta dari Korea juga berbagi pandangan tentang pentingnya keberagaman dan regenerasi dalam kerja kolektif mereka.
“Banyak festival yang kami buat bukan karena tradisi, tapi karena kami ingin menciptakan budaya baru,” tambah Pujo. Sementara itu, perwakilan Kolektif Dong Dong Company menyatakan bahwa hubungan antara kolektif seni di berbagai negara terbentuk secara organik dan setara, tanpa harus bergantung pada institusi besar.
Dalam kesempatan tersebut, Hysteria juga mengisahkan latar belakang kelahiran kolektif mereka, yang berawal dari zine kampus dan semangat impulsif sang pendiri, Yuswinardi, yang terinspirasi dari video klip band Muse. Yus, yang berasal dari Tegal, sempat rutin menempuh perjalanan motor ke Semarang demi membangun ruang kolektif ini.
Perjalanan Hysteria ke Korea pun menjadi bagian dari tur panjang yang dimulai dari Indonesia, mencakup 25 titik persinggahan dengan perjalanan darat oleh Yuswinardi menggunakan motor.
Adin, Direktur Hysteria, menyampaikan harapan bahwa melalui tur ini, mereka bisa membangun pola baru kerja kolektif lintas negara yang lebih mandiri. Ia juga menyinggung program biennale independen mereka, Penta KLabs, sebagai bentuk keberlanjutan karya-karya kolektif Hystria.
“Regenerasi internal itu sangat sulit. Tapi kami percaya bahwa konsistensi, bukan kecepatan, yang membuat kami bertahan. Meski tanpa banyak uang dan waktu, kami tetap berjalan,” tegas Purna, selaku anggota dari Kolektif Hysteria.
Tur ini tak hanya memperluas jaringan, tapi juga menjadi ruang refleksi atas dua dekade perjuangan seni kerja kolektif Hysteria. Perlu diingat bahwa program tur ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju penyelenggaraan Penta kLabs V, biennale independen Kolektif Hysteria yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus 2025 mendatang (Christian Saputro/ril)




