Semarang – Pameran yang biasanya digelar di galeri seni, kali ini nampak beda karena karya seni tidak dipamerkan di galeri konvensional. Melainkan di dalam sebuah rumah Grobak Art Kos yang biasanya dipergunakan untuk berkegiatan Kolektif Hysteria.
Bertempat di Grobak Art Kos, Kolektif Hysteria menggelar pameran Kandang Tandang yang pada kesempatan kali ini diselenggarakan ketiga kalinya yang mengambil tajuk “The Nest For The Right Brainers”.
Kandang Tandang sendiri merupakan program dari Kolektif Hysteria yang memfasilitasi seniman ataupun kreator dari dalam dan luar Kota Semarang untuk residensi serta memproduksi proyek artistik. Hal ini disampaikan Sirril Wafa selaku Head Project Kandang Tandang ketika memberikan sambutan, sebelum pameran dibuka pada hari Sabtu (07/06/2025).
Program ini memberikan kesempatan bagi para partisipan untuk memproduksi proyek artistik berbasis kolaborasi, ruang, dan eksplorasi ide. Ia menyebut pada edisi ketiga ini pihaknya mengajak Ar. Andre Wijanarko, IAI seorang arsitek untuk menjalani proses residensi dan merespon ruang dengan pendekatan arsitektural yang berpadu dengan medium seni kontemporer.
“Kita ngajak mas Andre yang secara latar belakang seorang arsitek untuk residensi dan membuat karya, karya yang dihasilkan berupa gambar arsitektur bangunan baru Hysteria, direspon dengan medium karya seni kontemporer,” ungkap Sirril.
Pasca sambutan dari Sirril, Andre selaku seniman yang karyanya dipamerkan kali ini turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya Andre, selama prosesnya menggarisbawahi pemilihan istilah “nest” atau sarang ketimbang “home” atau rumah. Baginya, sarang adalah simbol ruang yang liar, intuitif, dan instingtif sesuatu yang sangat dekat dengan proses berpikir para seniman.
“Ketika berbicara rumah, gambarannya pasti keluarga, yang hangat, harmonis. Tapi karena bangunan ini untuk seniman, yang justru harus dipelihara keliarannya, maka dipilihlah bentuk sarang,” pungkas Andre..
Bagi Andre, nest bukan hanya bangunan fisik, melainkan simbol dari kemungkinan. Ia berharap dari ruang tersebut akan lahir gerakan-gerakan baru yang mengarah pada perubahan sosial dan budaya. Ia percaya bahwa seniman harus berada di garis terdepan, sebagai pemicu imajinasi yang tidak dibatasi oleh kerangka normatif. “Kemurnian dan filosofinya harus dijaga,” tambahnya.
Gagasan Andre sejalan dengan pandangan Hysteria. Dalam keterangan kuratorial pameran, yang terpajang di pintu bagian depan sebelum masuk ruang pamer. Menyebut bahwa sejak awal peradaban, manusia telah diberi kekuatan untuk mencipta dan merawat.
Kreativitas adalah kekuatan awal yang membentuk dunia. Mereka memandang bahwa program ini bukan hanya wadah untuk memamerkan karya, tetapi juga ruang untuk menjaga semangat liar dan eksperimental dalam berpikir serta berkarya. Mereka percaya bahwa seni bukan hanya milik galeri dan kalangan elite, melainkan sesuatu yang harus tumbuh di tengah masyarakat.
Dalam momen yang berbeda, ketika sesi tour pameran Sirril menjelaskan ke pengunjung pameran. Bahwasanya program ini bertujuan memperluas akses terhadap seni bagi siapapun, tanpa memandang latar belakang sosial. Dengan memilih ruang alternatif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, mereka ingin membuktikan bahwa seni bisa hadir dan tumbuh di mana saja selama ada ruang, gagasan, dan keberanian untuk berimajinasi.
“Kami ingin membuktikan bahwa seni tidak harus terbatas pada ruang-ruang eksklusif. Selama ada ruang, gagasan, dan keberanian untuk berimajinasi, seni bisa tumbuh di mana saja, dan bisa diakses siapa saja tanpa memandang latar belakang sosial,” ujar Sirril.
Lebih dari sekadar pameran, Kandang//Tandang #3 adalah manifestasi dari keberanian untuk merayakan gagasan-gagasan liar dan eksperimental. Ia adalah bukti bahwa sebuah ruang, betapapun kecil atau sederhana, bisa menjadi sarang besar bagi imajinasi yang tak terbatas. (Christian Saputro/ril)




