Semarang – Agustus 2025. Di antara bangunan-bangunan tua yang memeluk waktu di kawasan Kota Lama Semarang, riuh dan sunyi bertemu dalam satu bingkai bernama Penta Klabs V. Kali ini bukan hanya perayaan seni semata, melainkan persembahan yang menandai dua dekade perjalanan Kolektif Hysteria, sebuah nama yang sudah lekat dalam denyut budaya alternatif di Kota Atlas. Dan di panggung yang menjulang di pelataran Menara Syahbandar — pada Sabtu, 2 Agustus 2025 — Efek Rumah Kaca (ERK) akan menebangkan lagu-lagu kontemplatifnya, menyapa malam Semarang dengan nada-nada yang mengajak bertanya, merenung, dan barangkali jatuh cinta sekali lagi pada kehidupan.
Hysteria: Dua Dekade Menjaga Gelora
Tak terasa, sudah 20 tahun Kolektif Hysteria menghidupi denyut seni urban dan komunitas alternatif Semarang. Sejak mula berdirinya, Hysteria tak sekadar menjadi ruang pamer, tetapi rumah gagasan, rumah keragaman, dan rumah perjuangan.
Dari mural di tembok-tembok kota, diskusi di pinggir gang, panggung-panggung kecil di gang sempit, hingga simposium seni dan pameran interaktif — semuanya adalah upaya merawat semangat kolektif, menolak menyerah pada apatisme zaman. Dua dekade ini, bukan sekadar waktu; ia adalah perjalanan yang diukir dengan keringat, hasrat, dan cinta pada kemungkinan.
Penta Klabs V: Sebulan Menjadi Semarang
Menurut Anita Dewi Astuti, Kepala Proyek Penta Klabs V sekaligus mahasiswa Sastra Indonesia UNDIP, rangkaian Penta Klabs tahun ini adalah hasil dari proses panjang. Sejak Februari, benih-benih program sudah disemai lewat satelit kegiatan. Namun puncaknya baru benar-benar menggelegar di bulan Agustus — dan Kota Lama Semarang menjadi pusat semesta perayaan.
“Ini adalah biennale yang kami inisiasi sejak 2016. Meski sempat absen, tahun ini kami hadir kembali dengan energi penuh,” ujar Anita.
Tiga pilar acara menopang gelaran ini: Opening Stage bersama band nasional dan lokal, Simposium bersama akademisi dan pemangku kebijakan, dan Pameran serta Aktivasi karya lebih dari 29 seniman lintas disiplin dari Jawa dan sekitarnya.
Tak hanya ERK yang akan mengguncang panggung. Ada juga Figura Renata, Loon, Moiss, Japamantra, Dressed Like an Ocean, Qorin, hingga Zizi — semua akan menyulam malam menjadi pesta bunyi yang bebas, liar, namun tetap bermakna. Musik menjadi bahasa lintas batas, menyatukan langkah dan telinga para penikmatnya. Panggung, Pameran, dan Suara-suara dari Tepi
Namun Penta Klabs bukan cuma soal konser. Ia adalah laboratorium budaya, yang dihidupi oleh semangat Artlab Hysteria. Sebuah platform penciptaan yang akan menampilkan arsip, dokumentasi, dan karya-karya reflektif yang mencatat dua puluh tahun sepak terjang Hysteria: dari ruang bawah tanah hingga panggung tengah kota.
Pameran ini bukan sekadar pajangan. Ia adalah tubuh memori — yang hidup, yang luka, yang tumbuh. Ada karya rupa, instalasi, teater, bahkan mode. Semua menjadi jembatan antara seniman dan kota; antara masa lalu, kini, dan masa depan.
Gratis, Tapi Tak Asal Masuk
Semua acara tak dipungut biaya. Namun demi kenyamanan dan keamanan, pengunjung diminta melakukan registrasi terlebih dahulu — terutama untuk malam pembukaan yang menghadirkan ERK. Karena walau meriah, perayaan ini tetap harus tertib; sebab anarki tanpa tata hanyalah kebisingan.
Melalui Penta Klabs V, Semarang bukan sekadar kota tua dengan bangunan kolonial. Ia adalah ruang hidup yang dipenuhi gagasan, suara, tubuh, dan rasa. Semarang menjadi panggung tempat kita berdialog dengan masa lalu, menyanyikan masa kini, dan menulis masa depan.
Efek Rumah Kaca akan bernyanyi di Menara Syahbandar, tapi gema lagunya akan menyusup ke dalam lorong-lorong waktu Kota Lama. Dan pada malam itu, kita akan tahu: bahwa seni bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga direnungi — karena dalam denting dan baitnya, kita mengenali diri kita yang sebenarnya.
Selamat ulang tahun ke-20, Kolektif Hysteria. Teruslah jadi gelombang yang membebaskan. (Christian Saputro)




