Semarang — Suasana kawasan Kota Lama mendadak ramai dan penuh energi pada akhir pekan lalu, saat Kolektif Hysteria menggelar aksi “Mendadak Hip Hop”, sebuah pertunjukan musik jalanan yang membawa semangat budaya hip hop kembali ke akarnya: jalanan. Di arena Penta Klabs 5 genre musik ini pun ikut menyeruak memarakkan jalanan Kota Lama yang terkadang mamring.
Tanpa panggung megah, tanpa tata cahaya gemerlap, musisi dan rapper lokal tampil di ruang publik terbuka—menyuarakan keresahan, perlawanan, dan semangat kebersamaan lewat lirik dan beat yang menghentak. Aksi ini bukan sekadar hiburan, melainkan upaya mengembalikan budaya hip hop ke ruang komunitas, membumi dan menyatu dengan masyarakat.
“Mendadak Hip Hop ini adalah bentuk reclaiming terhadap ruang budaya yang makin tersentralisasi. Hip hop itu lahir dari jalan, dan harus kembali ke jalan,” ujar salah satu pegiat Hysteria.
Acara ini juga membuka ruang bagi talenta baru untuk tampil spontan, memperkuat iklim seni alternatif yang bebas, terbuka, dan partisipatif. Para pengunjung Kota Lama tampak antusias, beberapa ikut nge-rap, menari, hingga berdiskusi hangat soal musik dan kota.
Kolektif Hysteria dikenal aktif mendorong seni partisipatif dan penggunaan ruang publik sebagai medium ekspresi. Melalui aksi ini, mereka kembali mengingatkan: seni milik semua, dan jalanan selalu punya suara. (Christian Saputro)