SEMARANG — Penta Klabs 5 menghadirkan program unik bertajuk Klinik Urban, sebuah kolaborasi antara Komunitas 5050 Artlab dan Kolektif Hysteria. Program ini menawarkan pendekatan kesehatan mental melalui seni, di mana peserta dapat mengikuti sesi konseling lalu menyalurkan pengalaman dan perasaan mereka dalam bentuk karya lukis.
Ketua 5050 Artlab, Sufan Andy Lukman atau yang akrab disapa Andy Sueb, mengatakan Klinik Urban bertujuan memberi ruang aman bagi individu untuk menyalurkan ekspresi batin. “Tujuan kami sederhana: memberi wadah agar orang bisa menyalurkan apa yang tak bisa diucapkan, melalui karya,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, Klinik Urban menghadirkan konselor Hana Hastuti dan komunitas Penceria (Pendengar Cerita Anda). Sesi berlangsung secara personal tanpa interupsi, dengan empat pencerita terpilih melalui proses kurasi.
Kedai Nyamin, sebuah ruang tenang jauh dari hiruk pikuk kota, dipilih sebagai lokasi kegiatan. Menurut panitia, suasana tersebut mendukung terciptanya keintiman antara pencerita dan konselor.
Hasil dari sesi konseling diwujudkan dalam karya lukis yang kemudian dipamerkan di Kedai Nyamin selama sepekan. Seusai pameran, lukisan dikembalikan kepada pencerita sebagai penanda perjalanan pribadi mereka.
Sebagai penutup, Klinik Urban menghadirkan pertunjukan musik dari Sirrdari, melengkapi pengalaman peserta dan pengunjung dengan nuansa reflektif.
Kepala Proyek Penta Klabs 5, Anita Dewi A., menyebut program ini menambah dimensi baru pada festival. “Kehadiran 5050 Artlab memberi lapisan lain—seni bukan hanya ekspresi, tapi juga kesadaran akan pentingnya kesehatan mental,” katanya.
Klinik Urban menjadi bagian dari rangkaian Site Specific Art Project Biennale – Penta Klabs 5 yang berlangsung sepanjang Agustus 2025. Program ini mengusung tema “Tulang Lunak Bandeng Juwana,” dan melibatkan seniman, komunitas, UMKM, hingga periset dalam kampanye membayangkan ulang kota melalui seni.
Di tengah beragam agenda Penta Klabs 5, Klinik Urban tampil sebagai penanda penting: bahwa seni dapat menjadi media penyembuhan, sekaligus jembatan antara jiwa yang ingin didengar dan karya yang ingin lahir. (Christian Saputro)




