Sumaterapost.co | Aceh Timur – Kepanikan kembali melanda warga Desa Panton Rayek T, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur. Minggu (24/8/2025), seorang perempuan bernama Lenawati harus dilarikan ke Puskesmas setempat setelah mengalami gejala muntah darah, pusing, dan perut kembung. Warga menduga kuat, kondisi itu akibat terpapar gas dari aktivitas operasional PT Medco E&P Malaka.
Kejadian ini menambah deretan kasus serupa yang sebelumnya telah terjadi berulang kali. Tak lama berselang, kali ini korban bernama Linawati dilarikan ke Puskesmas Banda Alam dengan keluhan hampir mual, pusing dan muntah muntah. Fenomena berulang ini kian menguatkan kekhawatiran warga bahwa lingkungan mereka tidak lagi aman.
Koordinator Satgas Percepatan Pembangunan Aceh (PPA), Tri Nugroho Panggabean menilai kasus seperti ini sudah masuk kategori serius dan tidak boleh diremehkan.
“Ini bukan sekadar insiden biasa, melainkan tragedi kemanusiaan yang terus berulang. Warga sampai muntah darah, dan ini tidak bisa dianggap enteng. Kami mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) segera turun tangan menindaklanjuti kasus di Aceh Timur,” tegas Tri di hadapan wartawan.
Tri Nugroho memastikan pihaknya akan melayangkan surat resmi kepada KLHK demi memastikan pemerintah pusat untuk mengambil langkah nyata.
“PPA tidak bisa hanya menunggu laporan masuk. Kami akan segera menyurati KLHK agar tindakan cepat dan tegas diambil. Keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama, bukan kepentingan perusahaan,” ujarnya menambahkan dengan nada keras.
Kekhawatiran warga semakin besar karena kasus dugaan paparan gas dari PT Medco E&P Malaka bukanlah yang pertama kali terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, insiden serupa telah berulang kali mencuat ke publik. Namun, penyelesaian menyeluruh hingga kini belum terlihat.
Masyarakat berharap pemerintah pusat segera turun tangan sebelum lebih banyak korban jatuh. “Kami takut kalau ini dibiarkan, bisa lebih parah lagi. Kami hanya ingin hidup aman,” ujar salah seorang warga yang meminta namanya tidak dipublikasikan.
Kasus ini kini menjadi sorotan tajam publik Aceh, dengan desakan agar PT Medco E&P Malaka segera dimintai pertanggungjawaban dan pemerintah tidak lagi berdiam diri menghadapi ancaman terhadap kesehatan warga. (Azhar)




