Langit siang Semarang tampak lebih hangat pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Di aula Alliance Française, suasana begitu karib. Meski berbeda bangsa sahabat dari Perancis dengan antusias ikut merayakan HUT RI Ke-80.
Perayaan dimulai dengan Lagu Indonesia Raya yang dilantunkan penuh khidmat. Suara itu tidak hanya menggema di ruang acara, tetapi juga mengetuk nurani setiap hati yang hadir.
Usai lantunan kebangsaan, panggung sederhana menjadi saksi lahirnya karya puisi dari Christian Heru Cahyo Saputro. Puisinya, Membaca Delapan Puluh Tahun Merdeka (Sebuah Narasi Puisi untuk Tanah yang Terus Menanti), serta Puisi Anak-anak Tanpa Tanah Lapang, menjadi gema batin tentang tanah air yang terus menuntut cinta dan kesetiaan.
Suasana kemudian berganti riuh dengan lomba-lomba khas kemerdekaan: makan kerupuk, estafet pipet, hingga goyang bola. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun larut dalam tawa, bahkan para sahabat dari Prancis ikut merasakan kehangatan tradisi Indonesia. Keunikan semakin terasa karena hadiah yang diperebutkan berupa sembako—sebuah simbol sederhana namun sarat makna kebersamaan.Tawa, sorak, dan semangat itu berpuncak pada pengundian doorprize menarik, yang menambah meriah suasana siang berangkat senja.
Dalam sambutannya, Direktur Alliance Française Semarang, Dra. Kiki Martaty W, menyampaikan bahwa kemerdekaan bukanlah semata-mata kenangan masa lalu. Ia adalah api yang harus terus dijaga, bukan hanya sebagai warisan sejarah, tetapi juga jembatan persahabatan antarbangsa. “Kehadiran para sahabat dari Prancis, seniman, akademisi, hingga masyarakat luas menjadi bukti bahwa persaudaraan lintas budaya adalah bagian penting dari semangat merdeka,” ujarnya mengunci sambutan.
Perayaan sore itu ditutup dengan pesan yang mendalam:Bahwa kemerdekaan bukan sekadar perayaan, melainkan tekad untuk terus menjaga persatuan, membangun kesejahteraan, dan melangkah menuju Indonesia yang semakin maju. Dirgahayu Republik Indonesia ke-80! Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. (*/CS)




