Semarang – Embun pagi di bibir Pantai POJ City masih menggantung ketika panggung Jateng Creative Festival 2025 mulai dipersiapkan. Di tepian laut Awan Costa, suara ombak seakan menyatu dengan riuh persiapan panitia, menandai awal dari sebuah perhelatan yang tak sekadar pesta kreativitas, melainkan gerakan kolektif: menghidupkan kembali denyut ekonomi kreatif dari kecamatan hingga provinsi.
Di tahun ketiganya, festival dan forum ini lahir bukan hanya sebagai seremoni, melainkan sebagai cermin perjalanan Jawa Tengah dalam merawat kreativitas.
Seperti filosofi yang diangkat, “Ngopeni lan Nglakoni”, dua kata sederhana yang mengandung makna mendalam: merawat dengan kasih, lalu benar-benar menjalani dengan nyata. Falsafah itu seakan jadi napas bagi ratusan pelaku ekonomi kreatif yang hadir, mulai dari perajin, seniman, wirausaha muda, hingga komunitas difabel dan perempuan penggerak desa.
“Ngopeni artinya kita memberi ruang tumbuh, sedangkan Nglakoni berarti menjalaninya sungguh-sungguh,” ucap Gubernur Jawa Tengah melalui sambutan yang dibacakan pejabat Disporapar. Kata-kata itu bagai suluh, mengingatkan bahwa kreativitas tak akan hidup tanpa dirawat, dan tak akan berarti tanpa diwujudkan.
Di forum yang digelar dua hari kemudian di lantai 5 Kantor Disperindag Jawa Tengah, gaung itu kembali dipertegas. Cecep Rukendi, Deputi Bidang Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif Kemenparekraf RI, menyebut Jawa Tengah sebagai provinsi kreatif dengan capaian membanggakan: 14 kabupaten/kota kreatif dan 28 lembaga KomEkraf—terbanyak di Indonesia. “Jateng adalah provinsi prioritas, sebuah flagship bagi penguatan ekosistem kreatif nasional,” katanya penuh optimisme.
Namun, festival ini bukan hanya soal angka dan capaian. Ada kisah tentang generasi muda yang mencoba membangun usaha dari ide-ide segar, santripreneur yang meracik bisnis dengan sentuhan nilai, penyandang disabilitas yang menemukan ruang berekspresi, hingga perempuan desa yang menganyam harapan lewat produk kreatif mereka. Semua itu berpadu menjadi wajah baru Jawa Tengah—sebuah provinsi yang berdaya karena setiap kecamatannya mampu menyalakan api kreativitas.
Dari ruang parlemen, dukungan pun mengalir. Anggota DPR RI Samuel Watimena mendorong agar KomEkraf daerah berani menciptakan terobosan, sementara Hj. Sri Hartini, Ketua Komisi B DPRD Jateng, menegaskan komitmennya mengawal Perda No 5 Tahun 2021 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Ketua KomEkraf Jateng, Akhmad Khaerudin, bersama Wakil Ketua Bambang Supradono, menutup dengan nada optimis: “Dengan dukungan gubernur, kami yakin produk-produk kreatif akan membuka lebih banyak lapangan kerja, menumbuhkan ekonomi daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama generasi Zlenial, santripreneur, difabel, dan perempuan.”
Dan ketika matahari sore menyapu garis horizon di Awan Costa, perhelatan ini menyisakan pesan: bahwa kreativitas bukanlah sekadar karya, melainkan jalan untuk memberdayakan. Dari pantai hingga kantor pemerintahan, dari desa hingga kota, Jawa Tengah tengah menulis kisah baru—kisah tentang provinsi yang berkilau karena kecamatan-kecamatannya berdaya. (Christian Saputro)




