Catatan Christian Heru Cahyo Saputro, on the spot dari sudut Ruang Bermain Artlab Hysteria
Semarang, 31 Agustus 2025 — Festival seni dan laboratorium budaya Penta K Labs 5 resmi ditutup Minggu malam di Ruang Bermain Hysteria Artlab, Rumah Pohan, Kota Lama Semarang. Setelah berjalan sebulan penuh sejak 2 Agustus lalu, program ini menghadirkan ragam pertunjukan, diskusi, eksperimen artistik, serta kolaborasi antar komunitas dalam tema unik “*Tulang Lunak Bandeng Juwana*”.
Dalam sambutan penutupannya, Direktur Penta K Labs 5, Anita Dewi, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat. “Terima kasih atas semangat, kerja kolektif, dan solidaritas yang luar biasa. Penta K Labs bukan sekadar festival, tetapi ruang tumbuh bersama—ruang untuk mencoba, gagal, dan belajar,” ungkapnya.
Ruang Tanpa Panggung Mewah
Berbeda dari festival arus utama, Penta K Labs menghindari panggung megah. Yang diutamakan adalah ruang dialog, keberanian menyuarakan ide, serta praktik lintas disiplin yang membumi dan partisipatif. Penutupan kali ini diisi dengan pemutaran film “240 BPM++ (2019)” dan “Warisan (Legacy)”, diikuti dengan penampilan musik MW Solo Orgen dan DJ Set Joker Omnipotensial.
Suasana malam penutupan terasa akrab, hangat, dan penuh refleksi. Para seniman, komunitas, dan penonton larut dalam atmosfer kebersamaan yang menjadi ciri khas festival ini sejak awal.
Mendefinisikan Ulang Makna Festival
Ahmad Khairudin, atau Adin, selaku Co-Founder Hysteria sekaligus penggagas awal Penta K Labs, mengajak peserta untuk berpikir ulang tentang apa yang disebut sebagai festival. “Kalau kita terus memakai definisi lama—bahwa festival harus mewah, penuh sorotan, dan besar biayanya—maka kita hanya akan mengulang kegagalan. Yang kita butuhkan justru ruang yang jujur, berkelanjutan, dan berpihak pada keberanian kolektif,” ucapnya.
Menatap 2027 dengan Optimisme
Penta K Labs 5 ditutup dengan optimisme tinggi untuk masa depan. Rangkaian kegiatan yang telah berlangsung dinilai sebagai salah satu bentuk nyata keberanian komunitas untuk terus hidup dan berkarya, meskipun di tengah keterbatasan sumber daya.
“*Cherioooo! Sampai jumpa di Penta K Labs 6, tahun 2027. Siapkan hati dan kota untuk perjumpaan yang lebih liar, lebih jujur, dan lebih bermakna,” tutup Adin, disambut tepuk tangan hangat para hadirin.
Sebagai festival berbasis komunitas dan eksperimen, Penta K Labs 5 telah membuktikan bahwa seni dan gagasan tidak membutuhkan panggung besar untuk bisa menyentuh dan mengubah. Yang dibutuhkan hanyalah ruang aman, kemauan untuk tumbuh bersama, dan keberanian untuk terus menyala.
Penta K Labs 5 telah selesai, tetapi gema keberaniannya masih akan terdengar. Ia mengingatkan kita bahwa seni tidak harus spektakuler untuk bermakna. Yang dibutuhkan hanyalah ruang yang aman, komunitas yang setia, dan keberanian untuk terus hidup dalam ketidaksempurnaan. (*)




