Di sebuah sudut Semarang, di kampung Polaman, seorang lelaki sederhana mengubah cara pandang kita terhadap sampah. Haryono —bukan pejabat, bukan ilmuwan, tapi seorang warga biasa—menjadi pelopor gerakan yang pelan tapi pasti, mengubah limbah menjadi berkah, bau busuk menjadi harapan, dan maggot menjadi pahlawan tak bersayap.
Dulu, ia dianggap aneh. Ketika orang lain sibuk mencari kerja kantoran atau membuka usaha kuliner, Haryono justru mengajak warga memilah sampah. “Ngurusin sampah kok bangga?” begitu sindiran yang sering ia dengar. Namun ia tak goyah. Tahun 2019, berdirilah Bank Sampah Polaman Resik Sejahtera, cikal bakal perubahan itu.
Tak hanya berhenti di pemilahan, ia melangkah lebih jauh. Tahun 2021, bersama Dinas Lingkungan Hidup, Haryono mulai budidaya maggot, larva Black Soldier Fly (BSF). Bagi sebagian orang, maggot hanya ulat menjijikkan. Tapi di tangan Haryono, mereka adalah pekerja tanpa upah, pengurai sampah organik yang rakus dan efisien.
Setiap pagi, ember-ember berisi sisa sayur, nasi basi, dan kulit buah dikumpulkan. Dalam hitungan hari, larva-larva itu menyulapnya jadi pupuk dan pakan ternak. Tak ada yang terbuang. Bahkan kotoran maggot, yang disebut kasgot, jadi pupuk organik berkualitas.
Kini, lebih dari 140 kepala keluarga ikut menabung sampah. Setiap Sabtu, halaman kecil di Polaman riuh oleh aktivitas warga yang datang menimbang sampah. Tabungan mereka—plastik, kardus, minyak jelantah, hingga sisa dapur—ditukar dengan uang atau kebutuhan rumah tangga. Pendapatan warga bisa mencapai lebih dari sejuta per bulan.
Namun, bukan hanya rupiah yang mereka dapat. Mereka belajar bahwa lingkungan yang bersih adalah milik bersama. Anak-anak mereka tumbuh di kampung yang lebih sehat. Dan mereka bangga, karena kampung mereka dikenal bukan karena limbahnya, tapi karena inovasinya.
Haryono tak pernah menyebut dirinya pejuang. Tapi dengan tangan kotornya dan hati bersihnya, ia sedang menyulam masa depan. Di antara timbunan sampah dan ulat-ulat kecil, tumbuhlah semangat besar: menjaga bumi, memberdayakan warga, dan mengubah krisis menjadi peluang.
Dan dari kampung kecil di Semarang, kisah besar itu dimulai.
Apa itu Magot
Maggot adalah larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens, yang sangat bermanfaat untuk pengolahan sampah organik.
Fungsi Maggot – Mengurai sampah organik (sisa dapur, limbah sayur/buah) dengan sangat cepat.- Menghasilkan pupuk organik dari kotorannya (kasgot).- Pakan ternak alami, kaya protein, cocok untuk ikan, unggas, dan reptil.
Keunggulan:
Tidak membawa penyakit (tidak seperti lalat rumah) Ramah lingkungan.- Dapat membantu mengurangi sampah rumah tangga hingga 70%.
Magot kini banyak dibudidayakan dalam sistem bank sampah, urban farming, dan program zero waste karena manfaat ekonomis dan ekologisnya. (Christian Saputro)




