Semarang — Kolektif Hysteria kembali menggugah batas-batas bunyi dan ruang publik lewat “Kotak Listrik: Instrumen of Change” yang digelar di Grobak Art Kos, Semarang. Acara ini adalah bagian dari rangkaian Kotak Listrik yang sudah menjadi event tahunan sejak 2009, dan menjadi wadah bagi para musisi, kreator, dan penikmat musik elektronik/eksperimen untuk saling bertemu dan bereksplorasi.
Musik Eksperimen dan Bunyi yang “Berbicara”
Kotak Listrik dikenal luas sebagai ruang yang mengakomodasi genre elektronik, noise, dan musik eksperimental. Motor kreatif ini menarik artis-artis lokal dan internasional—mulai dari Electro Kids, Belantara hingga artis luar negeri—yang membawakan bunyi yang kadang kasar, terkadang halus; tetapi selalu meninggalkan jejak bentuk suara yang menantang norma dan membuka ruang interpretasi.
Dalam kerangkanstrumen of Change, bunyi tidak lagi hanya sebagai latar hiburan, tetapi medium untuk menggugat kenyataan—baik sosial, estetika, maupun budaya. Tema ini mengundang publik dan pelaku seni untuk bertanya: bagaimana suara kita memengaruhi ruang hidup, bagaimana ‘mendengar’ juga berarti ‘berbicara’.
Ruang Berefleksi dan Regenerasi
Selain musik, Kotak Listrik menyertakan pameran arsip, diskusi, dan kolaborasi lintas disiplin. [2] Arsitektur bunyi dibuka lebar: dari eksperimen suara digital hingga suara-suara lokal yang kadang tak terdengar. Diskusi tidak hanya soal teknik produksi bunyi, tetapi juga soal akses, budaya pendengaran, dan bagaimana seni bisa mengubah cara kita melihat dan merespons ruang sosial kita.
Warna Lokal dan Global di Panggung Eksperimental
Walau musik elektronik dan noise kadung mendapat label ‘asing’ bagi sebagian masyarakat, Kotak Listrik berusaha merangkai antara lokal dan global. Artis-artis lokal dengan akar tradisi, atau akses ke budaya lokal, tampil berdampingan dengan artis internasional. Ini memberi kesan bahwa eksperimen bunyi tidak perlu kehilangan akar budaya—ia bisa menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi.
Kesimpulan: Bunyi sebagai Perubahan
“Kotak Listrik: Instrumen of Change” menunjukkan bahwa seni eksperimental bukan hanya soal memecah senar atau memainkan frekuensi ekstrem, tapi tentang memecah kebisuan—kebisuan terhadap isu sosial, kebisaan terhadap perubahan. Bunyi di sini menjadi alat pendidikan, kritik, dan kebangkitan kesadaran.
Di Semarang, ketika senja meredup dan lampu kota mulai menyala, suara-suara Kotak Listrik tetap meng gema: bahwa perubahan bisa dimulai dari kotak kecil, dari bunyi kecil, dari langkah-langkah kreatif yang berani—terutama oleh mereka yang tak takut untuk mendengar dan berbicara lewat getar-getar gelombang suara (Christian Saputro)




