Semarang, 5 Oktober 2025 — Suasana kawasan Kranggan, Semarang, Sabtu malam (4/10/2025), berubah semarak dengan cahaya lampion dan aroma kue bulan yang manis. Ratusan warga tumpah ruah di Jalan Inspeksi Kali Kuping, menikmati gelaran perdana Festival Tiong Tjiu Pia atau yang dikenal sebagai Festival Kue Bulan.
Festival yang baru pertama kali digelar oleh Pokdarwis Kelurahan Kranggan ini resmi dibuka oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, disaksikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso Pespojoedho, jajaran Forkopimda, serta para tokoh masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Agustina menyampaikan harapannya agar festival tersebut tidak hanya menjadi ajang budaya tahunan, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi warga.
“Festival ini kita harapkan bisa menjadi pemantik bagi perekonomian masyarakat Kranggan, sekaligus ruang untuk memperkuat harmoni dan kebersamaan antarwarga,” ujarnya.
Sebagai simbol pembukaan, Wali Kota melakukan pemotongan kue bulan yang kemudian diserahkan kepada perwakilan tokoh masyarakat Kranggan sebagai tanda persaudaraan dan kebersamaan lintas budaya.
Akulturasi Budaya dan Semangat Kebersamaan
Festival Kue Bulan di Kranggan menghadirkan beragam kegiatan budaya dan kuliner. Warga disuguhkan Wayang Potehi, musik tradisional Lam Kwan dari Rasa Dharma Perkumpulan Sosial, atraksi Barongsai dan Liong, serta bazar kuliner yang menampilkan cita rasa lokal dan oriental.
Salah satu tokoh masyarakat Kranggan, Tan Yuwono, menyebut festival ini sebagai momen penting bagi warga.
“Festival ini bukan hanya tentang kue, tapi tentang warisan budaya dan kebersamaan lintas generasi. Kranggan adalah cerminan kecil Semarang yang hidup dari keberagaman,” ujarnya.
Kranggan, Simbol Toleransi Kota Semarang
Lampion merah menggantung di sepanjang jalan inspeksi Kali Kuping, memantulkan cahaya hangat di antara tenda-tenda bazar dan panggung pertunjukan. Musik dan tawa bergema di udara malam, menegaskan semangat warga Kranggan yang dikenal dengan toleransi dan keterbukaannya.
Festival Tiong Tjiu Pia menambah warna dalam kalender budaya Kota Semarang, melengkapi berbagai agenda seperti Waroeng Semawis dan Dugderan yang telah lebih dulu menjadi ikon. Dengan dukungan Pemerintah Kota, festival ini diharapkan dapat berlanjut setiap tahun sebagai destinasi wisata budaya baru di Semarang.
“Kita ingin setiap kelurahan punya identitas budaya yang kuat, dan Kranggan dengan Festival Kue Bulannya bisa menjadi contoh bagaimana budaya bisa hidup berdampingan dengan ekonomi rakyat,” tutup Wali Kota Agustina.
Malam itu, Kranggan tak hanya disinari lampion dan kue bulan yang berkilau di tangan anak-anak, tetapi juga oleh semangat warga yang percaya: dari sebuah perayaan sederhana, lahir harapan besar bagi kota yang beragam dan penuh rasa. (Christian Saputro)