Sumaterapost.co | Tanggamus | Gelombang pencurian alat tangkap di wilayah Pantai Kapuran, Kelurahan Pasar Madang, Kota Agung, kembali memuncak. Para nelayan yang setiap hari bergantung pada laut kini menghadapi ancaman berulang, dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah dan belum ada satu pun pelaku yang berhasil diamankan.
Korban Terus Bertambah, Modus Semakin Berani. Berdasarkan data lapangan, sejumlah nelayan menjadi korban pencurian vital untuk melaut:
Maropi — Mesin perahu hilang, rekaman CCTV pengaman dirusak pelaku.
Hernandes — Mesin dan aki raib.
Darmadi — Aki hilang dari perahu.
As Watangan — Kunci-kunci mesin laut serta panel surya dicuri.
Marjuli — Aki hilang.
Rudi — Kehilangan aki dan lampu tembak.
Di luar daftar tersebut, masih banyak nelayan lain yang mengaku mengalami kehilangan namun belum sempat melapor atau dicatat secara resmi.
Rudi, salah satu korban pencurian terbaru, mempertanyakan lambatnya proses pengungkapan kasus meski sudah ada bukti kuat.
“Yang ada CCTV saja belum terungkap, padahal orangnya terlihat jelas. Apa lagi yang tidak ada barang buktinya? Bagaimana nasib kami kalau ini terus dibiarkan?” tegasnya.
Pernyataan ini mencerminkan kegelisahan kolektif nelayan Pantai Kapuran yang merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan di wilayah pencaharian mereka.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tanggamus, Aco Daeng Masiga, ikut angkat bicara. Ia menilai bahwa masalah ini tidak bisa dianggap remeh dan perlu tindakan cepat dari aparat penegak hukum.
Aco mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjadi korban pencurian, yakni hilangnya lampu tembak di motor bagan kambang, dan hingga kini kasus tersebut tidak pernah mendapatkan kejelasan.
“Ini bukan sekadar kehilangan barang. Ini ancaman terhadap keberlangsungan hidup nelayan. Saya pun pernah kehilangan lampu tembak dan sampai sekarang tidak ada perkembangan. Kami mendesak APH bergerak lebih tegas dan profesional,” ujarnya.
Tokoh nelayan setempat, Heru, menegaskan bahwa fenomena pencurian yang terus berulang bukan lagi insiden sporadis, melainkan indikasi adanya pelaku atau jaringan terorganisir.
“Ini bukan kasus biasa. Korbannya terus bertambah, kerugiannya besar. Kami minta aparat fokus dan serius. Nelayan butuh kepastian keamanan,” katanya.
Masyarakat nelayan Pantai Kapuran telah melaporkan kasus ini kepada Polairud Polres Tanggamus. Laporan diterima dan ditindaklanjuti, namun hingga berita ini diturunkan, pelaku belum berhasil ditangkap.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar dari warga. Jika kasus dengan barang bukti jelas belum terungkap, bagaimana dengan kasus tanpa bukti?
Nelayan Mendesak Tindakan Nyata,
Komunitas nelayan bersama HNSI mendesak:
Penegakan hukum dipercepat, terutama kasus dengan barang bukti CCTV.
Patroli laut dan pesisir ditingkatkan, terutama malam hari. Penanganan extraordinary terhadap dugaan pelaku pencurian berulang.
Perlindungan nyata bagi nelayan, yang menjadi tulang punggung ekonomi pesisir.
Kejahatan laut yang tidak terkendali ini kini menjadi ujian besar bagi institusi penegak hukum di Tanggamus. Kepercayaan publik dipertaruhkan, sementara nelayan terus menunggu hadirnya kepastian dan rasa aman di wilayah pencaharian mereka.
(***)




