Semarang – Festival Sinema Prancis (FSP) 2025 resmi dibuka di Cinema XXI Tentrem Mall, Semarang, Jumat (21/11/2025), melalui penayangan film pembuka 13 jours 13 nuits. Gelaran yang menghadirkan sinema Prancis ke 14 kota di Indonesia ini dibuka secara simbolis oleh Sekretaris Bappeda Kota Semarang, M. Luthfi Eko Nugroho, ST., MT., mewakili Wali Kota Semarang, dengan membunyikan lonceng sebagai tanda dimulainya festival.
Walikota Semarang, Agustina Wiluyeng Pramestuti, dalam sambutannya yang dibacakan Luthfi Eko Nugroho menyampaikan kegembiraannya karena Semarang kembali dipercaya menjadi tuan rumah FSP edisi ke-27. Ia menyebut kehadiran festival ini sebagai bukti pentingnya posisi Semarang dalam peta pertukaran budaya internasional.
“Semoga kebudayaan, khususnya film, bisa menjadi jembatan paling kuat yang melintasi batas bahasa dan negara untuk mempererat persahabatan,” ujar Wali Kota.
Ia menambahkan bahwa kehadiran 20 film Prancis pada FSP tahun ini diharapkan dapat menginspirasi warga, terutama komunitas sinema lokal. “Industri kreatif adalah salah satu prioritas utama kami. Kolaborasi seperti ini sangat mendukung upaya menjadikan Semarang pusat pertumbuhan ekonomi dan kreativitas di Jawa Tengah,” katanya.
Direktur Alliance Française (AF) Semarang, Dra. Kiki Martaty, menegaskan bahwa hadirnya Semarang sebagai salah satu kota penyelenggara menunjukkan dinamika seni budaya yang semakin kuat.
“Empat belas film pilihan dari Prancis yang kami hadirkan bukan hanya tontonan, tetapi ruang refleksi dan pertemuan gagasan. Sinema selalu mampu memperluas cara kita memandang dunia,” ucapnya.
Untuk memperkaya pengalaman menonton, AF Semarang bekerja sama dengan berbagai komunitas film dan budaya, antara lain Dekase, Sineroom, Hysteria, Eling Cinema, SMA Kolese Loyola, Binus University, Taman Budaya Raden Saleh, hingga Rumah PoHan. Kolaborasi ini menjadi tindak lanjut dari pembahasan kerja sama budaya antara Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti dalam pertemuan resmi pada September lalu.
Sementara iu, Ketua Pelaksana FSP Semarang 2025, Haryandi Widajaya, menilai festival ini bukan sekadar ajang pemutaran film, tetapi juga bentuk diplomasi budaya.
“Dari Paris hingga Kota Lama Semarang, sinema menghubungkan emosi, cerita, dan pandangan masa depan. Itulah kekuatan festival ini,” katanya.
Satu Layar untuk Dua Budaya
Film pembuka 13 jours 13 nuits dipilih karena kedalaman temanya yang relevan. Berlatar jatuhnya Kabul pada 2021, film ini menghadirkan drama kemanusiaan tentang keberanian, solidaritas, dan keputusan-keputusan sulit dalam kondisi krisis. Pemutaran ini menjadi pintu gerbang bagi penonton untuk memasuki keragaman sinema Prancis yang ditawarkan FSP.
Selama festival berlangsung, beragam film lintas genre akan diputar di berbagai lokasi yang melibatkan komunitas. Deretan film tersebut meliputi Moon le Panda, Partir un jour, À bout de souffle, Le Mépris, Les Quatre Cents Coups, Vermines, Rosalie, Le Quatrième Mur, Le Panache, Six Pieds sur Terre, Petit Vampire, La Venue de l’avenir, hingga L’Homme d’argile. Pilihan ini mencerminkan kekayaan sinema Prancis, dari klasik hingga kontemporer, dari drama hingga animasi dan horor.
Tahun ini, FSP menjadi bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Prancis–Indonesia, menegaskan kembali komitmen dua negara dalam memperkuat kerja sama budaya, seni, dan industri kreatif. Festival juga menghadirkan Marissa Anita sebagai Duta Festival serta sutradara Joko Anwar sebagai tamu spesial nasional.
Dengan penyelenggaraan FSP 2025, Semarang meneguhkan diri sebagai kota yang aktif dalam diplomasi budaya dan pertumbuhan industri kreatif. Layar sinema kembali membuktikan dirinya sebagai bahasa universal yang merangkul keberagaman, memperluas cakrawala, dan menghidupkan dialog antarbangsa. (Christian Saputro)




