Semarang, 6 Desember 2025 — Kabupaten Semarang kembali meneguhkan diri sebagai salah satu daerah dengan ekosistem kreatif paling dinamis di Jawa Tengah melalui penyelenggaraan Rembulan Serasi, festival ekonomi kreatif dan desa wisata yang digelar pada 6–7 Desember 2025 di Bukit Cinta, Kebondowo, Banyubiru. Festival ini menghadirkan rangkaian kegiatan seni, budaya, dan kreativitas yang dirancang untuk mempertemukan komunitas, UMKM, desa wisata, serta pemerintah dalam satu ruang kolaboratif yang kuat.
Mengusung simbol rembulan dan lanskap Rawa Pening, Rembulan Serasi dibangun sebagai perayaan identitas daerah—sebuah ruang di mana tradisi dan inovasi dapat bertemu tanpa saling meniadakan. Ide ini diwujudkan melalui sejumlah kegiatan utama, seperti Kenduri Rawa Pening, Rawa Pening Show, Rawa Orkestra, Festival Mural, serta Local Product Showcase. Tidak ketinggalan program Pendar Akhir Pekan yang membuka ruang interaksi warga dan komunitas kreatif dari berbagai wilayah.
“Rembulan Serasi adalah medium untuk menyatukan potensi. Di sini budaya, seni, UMKM kreatif, dan pariwisata bersinar bersama,” ujar Awig MA, perwakilan penyelenggara. Menurutnya, festival ini dirancang bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai wadah pertumbuhan gagasan, perluasan jejaring, dan penguatan ekosistem ekonomi kreatif Kabupaten Semarang.
Menjadi Motor Ekosistem Kota Kreatif
Festival ini memiliki posisi strategis dalam kerangka pembangunan Indeks Kota Kreatif Kabupaten Semarang. Rembulan Serasi menjadi simpul yang mempertemukan berbagai elemen ekosistem—komunitas seni, pelaku UMKM, desa wisata, pemerintah daerah, hingga pengunjung lokal maupun luar kota. Setiap agenda yang disusun mencerminkan upaya memperkuat Creative City Branding, dengan menampilkan karakter lokal sebagai pondasi inovasi.
Di tengah pesatnya perkembangan industri kreatif, kehadiran festival seperti Rembulan Serasi dipandang penting untuk mendorong design action yang lebih terukur dan berkelanjutan. Ia diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perencanaan pembangunan kreatif pada tahun-tahun berikutnya, termasuk penyusunan musrenbang kreatif yang mulai menjadi perhatian banyak daerah.
Green Festival: Kreativitas yang Bertanggung Jawab
Salah satu pembeda utama Rembulan Serasi adalah komitmennya terhadap konsep Green Festival. Pengunjung didorong membawa tumbler, tas belanja, alat makan pribadi, serta ikut dalam pemilahan sampah. Langkah kecil ini menjadi bagian dari strategi besar untuk menjadikan festival budaya lebih ramah lingkungan dan mengurangi jejak karbon.
“Ini adalah perayaan kreativitas yang tidak memutus hubungan dengan bumi,” kata panitia. “Kami ingin menunjukkan bahwa inovasi dan tanggung jawab ekologis dapat berjalan beriringan.”
Di Bukit Cinta—sebuah destinasi yang memandang langsung ke tenangnya Rawa Pening—nilai ekologis festival ini menjadi semakin relevan. Lanskap alam di sekitar lokasi menjadi pengingat bahwa kreativitas tidak pernah lahir di ruang hampa; ia tumbuh bersama lingkungan yang mendukungnya.
Perayaan yang Menyatukan
Melalui Rembulan Serasi, Kabupaten Semarang memperlihatkan bagaimana sebuah festival dapat menjadi motor kebersamaan, ruang regenerasi, sekaligus panggung untuk menampilkan potensi terbaik daerah. Dengan dukungan komunitas, UMKM, dan masyarakat, festival ini diharapkan menjadi agenda tahunan yang memperkuat identitas Kabupaten Semarang sebagai kota kreatif yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.
Kontak dan informasi lebih lanjut dapat diakses melalui akun resmi @ekrafkabsemarang atau melalui laman www.ckrafkab.semarang.com.
Rembulan Serasi bukan hanya festival—ia adalah cahaya baru yang menyinari perjalanan panjang kreativitas, dari Rawa Pening hingga masa depan Kabupaten Semarang. (Christian Saputro)




