Semarang, Sabtu (6/12/2025) — Panggung Apresiasi Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Kota Semarang 2025 di Gedung Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) kembali pecah oleh sorak dan riuh tepuk tangan penonton. Kali ini, giliran Barongsai Hoo Hap Semarang—kelompok barongsai legendaris yang berdiri sejak 1923—menjadi pusat perhatian lewat penampilan barongsai dan dawangan yang energik, presisi, dan memukau.
Sejak gendang pertama ditabuh, ritme cepat dan gerak luwes para pemain membuat suasana gedung bergemuruh. Penonton berdesakan mendekat ke bibir panggung, sementara anak-anak bersorak setiap kali barongsai melompat, menggoda, dan berinteraksi dengan atraksi dawangan yang tak kalah atraktif.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari, yang hadir bersama Kabid Kebudayaan Saroso, tampak terpukau sepanjang pertunjukan. “Barongsai Hoo Hap bukan hanya kelompok seni. Mereka adalah bagian dari sejarah panjang kota ini,” ujar Indriyasari seusai pertunjukan. Ia menegaskan bahwa kehadiran Hoo Hap di panggung WBTb merupakan bukti bahwa tradisi yang berusia lebih dari satu abad tetap hidup dan relevan bagi generasi sekarang.
Barongsai Hoo Hap, yang telah berdiri sejak 1923 di kawasan Pecinan Semarang, dikenal sebagai salah satu kelompok barongsai tertua di Jawa. Dengan gaya gerak yang khas, perpaduan teknik tradisi dan sentuhan lokal, mereka telah menjadi ikon budaya kota. Tak hanya tampil di perayaan Imlek, Hoo Hap juga rutin mengisi berbagai agenda kebudayaan lintas komunitas sepanjang tahun.
Pada pementasan kali ini, Hoo Hap menampilkan komposisi gerak yang rapat, permainan kepala singa yang ekspresif, serta atraksi dawangan yang membawa humor sekaligus kelincahan. Harmoni antara gendang, simbal, dan gong menambah kekuatan dramatik pertunjukan.
Saroso, Kabid Kebudayaan, menyebut penampilan Hoo Hap sebagai “bentuk teladan pelestarian budaya yang tidak sekadar mempertahankan tradisi, tetapi merawatnya melalui regenerasi yang konsisten.” Menurutnya, keberadaan kelompok yang telah bertahan lebih dari 100 tahun ini layak menjadi contoh bagi komunitas seni lain.
Gelaran Panggung Apresiasi WBTb 2025 sendiri merupakan rangkaian program Disbudpar Kota Semarang untuk memperkuat identitas budaya lokal. Selain barongsai, acara tersebut menampilkan berbagai kesenian tradisional yang telah ditetapkan ataupun diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Penampilan Barongsai Hoo Hap malam itu menutup rangkaian acara dengan meriah. Sorak penonton yang tak surut menjadi bukti bahwa seni tradisi tetap memiliki ruang istimewa di hati warga. Sementara barongsai perlahan meninggalkan panggung, gema gendangnya seakan mengingatkan bahwa warisan budaya bukan hanya untuk dikenang—tetapi untuk terus dihidupi. (Christian Saputro)




