Semarang — Di antara gemuruh obrolan mahasiswa, ribtik hujan, aroma cat akrilik yang samar bertahan di udara, dan cahaya sore yang mengiris jendela Galeri B9 UNNES, satu karya berdiri seperti tanda seru: “What You Expect”, kolaborasi perupa DOM bersama Tesla RSB Studio, yang dipamerkan dalam gelaran Guyub Rupa 12 pada 5–12 Desember 2025.
Karya itu tidak sekadar hadir—ia mengintip balik penontonnya. Seolah bertanya dengan nada yang tidak sabar namun tetap sopan: Apa sebenarnya yang kalian harapkan dari kami? Dari seni? Dari pertemuan ini? Dan pada titik itu, batas antara perupa dan penikmat, antara ruang privat studio dan ruang publik galeri, tercerai-berai seperti serpih warna yang jatuh dari kanvas.
Ekspektasi sebagai Bayang-Bayang
Kolaborasi DOM dan Tesla RSB Studio lahir bukan dari rencana yang muluk atau formula kreatif yang dikalkulasikan, melainkan dari perbincangan ringan—semacam percakapan pinggir malam yang biasanya tidak pernah berakhir sebagai karya seni. Tetapi dari ruang kecil itulah terbit sebuah kegelisahan: bagaimana ekspektasi publik sering menjadi bayang-bayang panjang yang menempel di punggung seniman.
DOM (12 ) bocah kelas 6 SD yang dikenal dengan permainan visual yang menggoda pembacaan, merasa penting membongkar dinding-dinding harapan itu. Tesla RSB Studio, yang biasanya bekerja dengan struktur dan ritme yang lebih teknis, justru tertarik melompat ke ruang liar itu—ruang tanpa pola, tanpa kepastian, tanpa jaminan akan “selera pasar” atau “keinginan publik”.
“Ekspektasi itu bisa menjadi pagar,” ujar DOM. “Di karya ini kami ingin berjalan melewati pagar itu, bahkan mungkin merobohkannya.”
Pertemuan Dua Bahasa Visual
Secara visual, “What You Expect” bergerak seperti dua bahasa yang saling menyela. Ada gestur spontan DOM—serupa risalah batin yang mengalir tanpa tanda baca. Ada pula kecermatan Tesla yang bekerja dalam garis, lapisan, dan detil yang mengunci komposisi. Dua dunia yang tampaknya bertolak belakang itu justru membentuk satu ruang dialog yang tegang, kadang riuh, tetapi justru karena itu terasa hidup.
Di permukaan kanvas, ketegangan itu tampak jelas:
tebal-tipis, spontan-terukur, instan-terencana—bertemu dalam satu lanskap yang tidak meminta untuk disukai, tetapi untuk dibaca.
Penonton berdiri di hadapan karya seperti berdiri di perempatan gagasan, dipaksa memilih jalur tafsir atau justru kembali mempertanyakan apa yang mereka harapkan sejak awal. Dalam konteks inilah, karya tersebut bekerja sebagai “ruang tanya” yang terus berdetak.
Karya yang Menguji Penonton
“What You Expect” bukan karya yang mudah. Ia tidak menawarkan kenyamanan visual atau pesan yang langsung dapat dicerna. Namun justru di situlah daya tariknya: ia menggoda, menantang, bahkan sesekali menggertak lembut.
Pertanyaan tentang ekspektasi itu pada akhirnya dilempar balik ke publik. Penonton yang datang berharap menemukan jawaban malah disuguhi pertarungan visual yang lebih jujur: dua seniman yang berusaha membebaskan diri dari ekspektasi masing-masing, untuk kemudian meminta penonton melakukan hal serupa.
“Kami ingin menunjukkan apa yang terjadi ketika dua dunia tidak mencari titik temu, tetapi membiarkan diri bertabrakan,” kata Tesla RSB Studio. “Justru dari benturan itu muncul kemungkinan baru.”
Ruang Eksperimentasi dalam Guyub Rupa 12
Karya kolaborasi DOM dan Tesla RSB Studio terlihat sebagai salah satu penanda penting dalam pameran tahun ini—sebagai bukti bagaimana ruang akademik dan ruang kreatif komunitas dapat saling menopang. Dalam pameran yang mengusung tema Tumbuh, karya DOM x Tesla menghadirkan wajah pertumbuhan yang lain: pertumbuhan yang lahir dari ketidakterdugaan dan pertemuan yang tidak direncanakan, bukan dari kesinambungan yang rapi.
Di tengah keragaman praktik seni UNNES dan jaringan kolektif di sekitarnya, “What You Expect” berdiri sebagai manifestasi bahwa seni tidak harus selalu menyenangkan. Ia boleh mengganggu. Ia boleh mengacau. Ia boleh menolak ekspektasi.
Dan di situlah, barangkali, ia tumbuh.
Ajakan untuk Melihat Tanpa Prasangka
Pada akhirnya, “What You Expect” bekerja sebagai pengingat halus bahwa seni bukan ruang pemenuhan harapan, melainkan ruang negosiasi makna yang tak pernah selesai. Kolaborasi DOM dan Tesla RSB Studio menjadi semacam undangan untuk memasuki dunia yang tidak dibangun dari jawaban, tetapi dari keberanian bertanya.
Karya ini, dengan segala lapisannya yang liar dan terukur sekaligus, meninggalkan kesan bahwa kolaborasi seni bukan sekadar menyatukan dua gaya, tetapi mempertemukan dua cara memandang dunia—dan membiarkan apa pun yang tumbuh dari pertemuan itu berkembang tanpa batas. (*)
*) Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis penyuka seni rupa tinggal di Semarang.




