Semarang — Transformasi digital tak selalu hadir dalam bentuk aplikasi canggih atau jargon teknologi. Bagi pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK), ia justru bermula dari kemampuan membaca diri sendiri: memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha yang dijalankan sehari-hari. Inilah yang selama empat bulan terakhir didampingi Universitas Bina Nusantara (BINUS) melalui Program Studi Bisnis Digital Kampus Semarang.
Melalui Hibah KEMDIKTISAINTEK 2025 Skema Pengabdian Berbasis Masyarakat, BINUS menggelar program bertajuk “Digitalisasi UMK: Penguatan Kapasitas Manajerial dan Strategi Pemasaran untuk UMK Multi-Sektor di Era Ekonomi Digital”. Program ini berlangsung sejak September hingga November 2025 dan didukung Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
UMK yang terlibat berasal dari beragam sektor: ritel elektronik, kuliner sehat, produk pangan dan kue, dekorasi dan event organizer, kontraktor dan toko material, pendidikan nonformal, desain arsitektur, batik tulis cap fashion, agrobisnis, hingga pet shop. Keberagaman ini sekaligus memperlihatkan tantangan nyata UMK—tidak hanya soal pemasaran digital, tetapi juga pengelolaan bisnis secara menyeluruh.
Pendampingan dilakukan secara fleksibel, baik di lokasi usaha UMK maupun di Kampus BINUS Semarang. Selama empat bulan, kegiatan dirancang dalam lima tahapan berkesinambungan dan berorientasi praktik. Dimulai dari pengenalan Analisis SWOT dan TOWS, penyusunan Business Model Canvas (BMC), pemanfaatan analitik media sosial, integrasi model bisnis dengan strategi content marketing, hingga evaluasi konten dan pengenalan kecerdasan buatan (AI) untuk pemasaran digital.
Ketua Tim Pelaksana, Dicky Jhon Anderson Butarbutar, S.E., S.Kom., M.M., CPHRM, CSEP, menegaskan bahwa program ini bukan pelatihan singkat. “Selama empat bulan, pelaku UMK tidak hanya belajar konsep, tetapi langsung mempraktikkan analisis bisnis dan mengevaluasi konten digital mereka sendiri,” ujarnya.
Kegiatan ini melibatkan dosen lintas keahlian, yakni Prof. Dr. Dra. Ngatindriatun, M.P. dan Dr. Daniel Lukito, S.T., M.M., M.Sc.IB, serta mahasiswa Program Studi Bisnis Digital BINUS sebagai pendamping lapangan.
Mahasiswa berperan sebagai fasilitator, pendamping UMK, sekaligus pendukung teknis dalam praktik digital.
Bagi pelaku UMK, pendekatan ini terasa membumi. “Selama ini usaha kami berjalan berdasarkan pengalaman. Setelah pendampingan ini, kami lebih paham kondisi bisnis dan tahu konten seperti apa yang perlu dibuat serta bagaimana menilainya,” ujar pelaku UMK sektor ritel. Hal serupa disampaikan pelaku UMK kuliner yang menilai pendampingan langsung dosen dan mahasiswa sangat membantu.
Mahasiswa pendamping, Samuel Alvin Ferdinand, menyebut kegiatan ini sebagai ruang belajar nyata. “Kami terlibat langsung mendampingi UMK, dari menyusun SWOT hingga membaca data media sosial. Ini membuat kami memahami bisnis digital secara konkret,” katanya.
BINUS menyampaikan apresiasi kepada KEMDIKTISAINTEK, RTTO dan Community Development BINUS University, CV Pelangi Jaya Perkasa melalui Komunitas Bisnis Cendekia, serta seluruh UMK dan mahasiswa yang terlibat. Melalui kolaborasi ini, pendampingan digital diharapkan tidak berhenti pada program, tetapi menjadi bekal berkelanjutan bagi UMK untuk bertumbuh di tengah ekonomi digital yang terus berubah. (Christian Saputro/ril)




