Semarang — Gelaran Serikat Gigs Remaja Terpadu #4 (SGRT #4) kembali memberi pengalaman artistik yang segar bagi para pengunjung. Tidak hanya lewat deretan musik eksperimental yang menggema dari panggung, acara kolaboratif ini juga diramaikan oleh aksi live painting Anto Art—perupa yang dikenal dengan gaya spontan, responsif, dan penuh intuisi. Berbekal kanvas, kuas, dan kepekaan membaca suasana, Anto menjadikan panggung SGRT #4 sebagai lanskap hidup yang diterjemahkan langsung dalam warna.
Sebelum naik ke arena live painting, Anto mengaku tidak membawa konsep rumit. Satu-satunya persiapan wajibnya justru sangat sederhana: secangkir kopi hitam. “Ngopi dulu biar imajinasinya lancar,” ujarnya sambil tersenyum. Ritual kecil itu bukan sekadar pemantik mood, tetapi juga cara membuka pintu intuisi yang kemudian menuntunnya saat melukis di tengah hiruk-pikuk pertunjukan.
Anto mengakui bahwa ia sempat kebingungan menentukan apa yang ingin digambar. Namun semua berubah begitu ia tiba di lokasi. “Begitu sampai sini, dengar musik dan lihat suasananya, langsung tergerak memotret suasana SGRT4 lewat live painting,” katanya. Riuh penonton, pergerakan musisi, pencahayaan yang berganti-ganti, hingga atmosfer dinamis acara menjadi sumber inspirasi yang mengalir tanpa jeda.
Menangkap Gerak dalam Ketidakpastian
Jika biasanya Anto menggambar objek statis atau pemandangan, kali ini ia berhadapan dengan objek yang terus bergerak. Musisi yang berpindah, lighting yang berubah cepat, dan penonton yang bergerak bebas menjadi tantangan tersendiri. “Cukup tertantang untuk live painting kali ini,” tuturnya.
Namun pengalaman sebelumnya membuatnya lebih siap. Anto pernah diajak oleh Mas Kartun melakukan live painting pada 2019, sebuah momen yang membiasakan dirinya bekerja di tengah suara bising dan suasana yang tak terduga. Karena itu, musik eksperimental SGRT tak mengganggu konsentrasinya sama sekali. Justru bagi Anto, bunyi-bunyi tak beraturan itu menjadi resonansi yang membantunya menangkap ritme suasana.
Merekam Momen dengan Sapuan Warna
Dalam setiap sapuan kuasnya, Anto membawa pesan sederhana: setiap momen dapat diabadikan, bahkan melalui lukisan. Karyanya bukan dokumentasi visual yang terukur, melainkan rekaman pengalaman yang lahir langsung dari detik demi detik yang ia amati. Tidak ada koreksi. Tidak ada kesempatan mengulang. Yang ada hanya respons seketika terhadap gerak, suara, dan energi yang mengitari dirinya.
Hasil live painting tersebut menjadi artefak unik SGRT #4—bukan hanya lukisan tentang acara, tetapi kesaksian visual tentang bagaimana seni dapat menangkap atmosfer yang mustahil diulang.
Harapan bagi Ruang Kreatif Lintas Medium
Menutup aksinya, Anto menyampaikan harapan sederhana: agar SGRT terus berlanjut dan makin berkembang. “Semoga ada keberlanjutan dan makin sukses,” ujarnya. Ia melihat SGRT bukan sekadar panggung musik, tetapi ruang interaksi seni lintas medium yang penting bagi perkembangan kreator muda.
Kehadiran Anto Art di SGRT #4 membuktikan bahwa seni rupa dan musik mampu hidup berdampingan, saling mempengaruhi, dan memperkaya satu sama lain. Melalui aksi spontan dan interpretasi visual yang lahir dari energi panggung, ia menghadirkan dimensi baru bagi gelaran ini—sebuah pengingat bahwa kreativitas tidak pernah berhenti bergerak, dan selalu menemukan cara untuk bertumbuh di ruang-ruang pertemuan seperti SGRT. (Christian Saputro/ril)




