Semarang – Pelukis Semarang Ardiyanto menggelar pameran lukisannya yang kedua bertajuk : “Petualang Bahari” di Semarang Sketchwalk Gallery, Kota Lama Semarang. Karya-karya pelukis Ardiyanto ini memvisualkan potensi dan kekayaan Indonesia sebagai negara maritim. Yang mengajak dan mengingatkan kita pada sebuah nyanyian bertajuk : “Nenek Moyangku” karya Ibu Soed.
Pameran tunggal pertama pelukis yang kesehariannya berprofesi dosen di Universitas Katholik Soegijapranata Semarang ini bertema : “Boat On My Journey” digelar di Tan Artspace, 12 -15 September 2023lalu. Jadi tak lebih dari waktu setahun di tengah kesibukannya sebagai dosen dan konsultan Ardiyanto sudah pameran dua kali.
Dalam pameran tunggalnya kali ini pelukis yang menyandang nama komplet DR.Ir.Antonius Ardiyanto, M.T ini menaja 21 karya lukisnya yang semuanya berobjek kapal. Pameran dibuka oleh Ketua Semarang Sketchwalk Ratna (SSW) Sawitri, ditandai dengan peanandatangan poster pameran, berlangsung Minggu (17/12/2023) ini akan berlangsung hingga 14 Januari 2024.

Ketua Semarang Sketchwalk Ratna Sawitri menyambut baik dan mengparesiasi yang digelar Ardiyanto. Di tengah kesibukannya sebagai seorang dosen, lanjut Ratna, sebagai pelukis Ardiyanto terus berproses ikut aktif di SSW antara lain, kegiatan On The Spot(OTS), pameran bareng anggota SSW, dan pameran tunggal lewat program Exhibition The Arisan Series.
Pameran ini merupakan pameran tunggal beliau yang kedua. Ini yang patut diteladani dan dicontoh oleh anggota-angota SSW lainnya yang lebih muda, Selain itu, lanjut Ratna,beliau juga menjadi anggota Kolcai Chapter Semarang yang aktif.
“Semangat, kreatifitas, produktifitas dan kiprahnya, meski sbuk dengan aktifitas pekerjaannya beliau tetap terus berkarya dan berpameran. Mudah-mudahan di kali lain talenta melukis yang dimiliki bisa lebih bertumbuhkembang, tak hanya kuantitasnya tetapi juga kualitas karyanya dengan tantangan lainnya, semisal melukis di atas kanvas atau media lainnya dengan karya yang lebih besar, ” ujar Nana panggilan karib Ketua SSW dalam sambutannya.
Petualang Bahari
Dalam kesempatan bicara perupa Ardiyanto mengungkapkan konsepnya mengapa mengusung tajuk pamerannya; “Petualang Bahari”, karena melalui lukisannya ingin mengingatkan kalau Indonesia ini sangat potensial dan melimpah kekayaan baharinya. Mengapa para pelaut ini menginspirasi dan mewarnai karya-karya dalam pameran tunggalnya kali ini.
Menurut Ardiyanto —salah satu tim juara lomba desain Ibukota Nusantara (IKN) ini— Indonesia sebagai negara kepulauan 2/3 wilayahnya adalah wilayah laut atau bahari. Dalam sejarahnya sejak jaman kerajaan Majapahit dunia bahari di Indonesia dan wilayah sekitarnya dikuasai oleh kapal-kapal kerajaan Majapahit. Kapal Jung dari Kerajaan Majapahit sebagai kapal perang utama didukung beberapa kapal yang lain telah merajai lautan nusantara.
“Dalam perkembangannya pada masa penjajahan Belanda dunia bahari kita sempat dikuasi oleh kapal niaga VOC dan kapal penjajah dari Belanda. Laut Indonesia yang kaya akan ikan menjadi sumber penghidupan bagi nelayan untuk mencari ikan. Indonesia secara geografis sangat strategis untuk jalur pelayaran dunia menjadikan wilayah ini menjadi jalur lalulintas niaga dari masa lalu hingga kini,” ujar Doktor lulusan Universitas Gajah Mada ini membeber konsep pamerannya.
Lebih lanjut, Ardiyanto, mengungkapkan, potensi ekonomi wilayah Indonesia yang ditunjukan kesibukan kapal niaga di pelabuhan menjadikan petualang bahari dengan kapal berlalu lalang di wilayah Indonesia. Sebagai Negara maritim untuk mempertahankankedaulatan Negara perlu didukung dengan kapal perang yang kuat.
Tantangan dunia bahari di Indonesia telah menjadi bagian hidup bagi masyarakat pelaut di Indonesia. Para nelayan dengan kapalnya dari kapal yang kecil dengan awak satu atau dua orang sampai kapal besar dengan puluhan orang awak kapal.
“Para pelaut dengan kapal niaganya membawa kapal barang melewati samudra. Para nahkoda kapal penumpang untuk transportasi laut, melintas laut antar pulaupenumpang sampai tujuan dan armada angkatan laut Indonesia melintas laut untuk menjaga kedaulatan laut dan pulau-pulau di Indonesia,” imbuh Ardiyanto.
Ardiyanto mengagumi para pelaut yang dalam keseharian menghadapi tantangan dunia bahari yang penuh dinamika gelombang lautnya. Para pelaut ini harus berjuang membawa kapalnya saat kondisi laut kurang bersahabat, saat cuaca laut kurang bagus mereka dengan kapalnya harus bertahan melaju menghadapi ombak besar.
Pengalaman menghadapi dunia bahari yang kadang tidak ramah telah menjadi pengalaman hari-hari sebagai petualang bahari. Para pelaut telah mengenal medan laut dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
“Mereka tercipta menjadi manusia pemberani menghadapi laut agar tetap bisa bekerja sebagai nelayan atau pelaut dalam hidupnya untuk menghidupi keluarganya, mengamankan penumpang kapalnya atau menjaga kedaulatan laut NKRI bagi Angkatan Laut Indonesia,” tandas Ardiyanyo menandaskan. (Christian Saputro)