Pada sebuah Sabtu pagi yang wangi oleh aroma kopi dan ragam roti Posin Bakery & Cafe di Jalan Menteri Supeno No. 6, Semarang, berubah menjadi ruang berbagi yang hangat. Di bawah langit cerah 30 Agustus 2025, senyum-senyum mengembang, bukan hanya karena kenikmatan rasa, tetapi karena hadirnya cinta yang dibagikan dalam bentuk nyata: kebaikan yang menular.
Di tengah hiruk-pikuk zaman yang kerap mendewakan pesta megah, keluarga Harjanto Halim menunjukkan jalan lain—yang lebih lembut, lebih tenang, tapi menggetarkan hati. Momen bahagia pernikahan putra kedua mereka, Bing dan Eliz, tak hanya dirayakan dengan syukur, melainkan juga disalurkan menjadi berkah bagi banyak jiwa.
Alih-alih menerima bingkisan mewah keluarga ini memutuskan untuk mengalirkan energi cinta mereka kepada tujuh lembaga yang mereka anggap sebagai penjaga nilai:
Sekolah “Luminare Domus” di Jakarta, tempat cahaya pengetahuan disemai,
Paguyuban Wayang Potehi “Fu He An” di Gudo, Jombang, pelestari warisan budaya Tionghoa yang nyaris sunyi,
Pondok Pesantren Roudhotush Sholihin di Sayung, Demak, penjaga moral dan spiritualitas desa pesisir,
Yayasan Sosial Semeru, Semarang, yang setia pada kerja-kerja sunyi untuk kaum lemah,
Kantin Kebajikan, tempat perut lapar mendapat haknya dengan martabat,
PAUD & TK El Syamma di Desa Pandiri, Poso, yang menjaga masa depan dari pelosok timur negeri,
-serta Ronda Malam Kebajikan, Surabaya, benteng terakhir dari kemanusiaan yang tak pernah tidur.
Tak ada panggung megah, tak ada sorot kamera yang menggila. Hanya sebuah ruang sarapan yang sederhana, di mana kebaikan duduk bersisian dengan ketulusan. Dalam sambutannya, Harjanto Halim berkata, “Kami hanya meneruskan tradisi ayah kami. Karena kami percaya, kebahagiaan sejati adalah yang juga dirasakan oleh orang lain.
Tradisi ini mungkin tak tertulis di buku mana pun. Tapi ia hidup, tumbuh dari keluarga ke komunitas, dari ruang pribadi ke ruang publik. Di Posin, pagi itu, bahagia memang benar-benar menular—menyusup ke dalam ingatan siapa pun yang hadir, dan mungkin menetap lama di dalam hati mereka.
Bukan sekadar perayaan. Tapi sebuah pernyataan: bahwa kebaikan adalah warisan paling megah dalam keluarga. Dan kebahagiaan, seperti roti hangat yang dibelah dua, akan terasa lebih utuh saat dibagi bersama.(Christian Saputro)




