PESAWARAN – Tiga karyawan PTPN VII Unit Way Lima, Pesawaran, Lampung menjadi kampiun sebagai tenaga penyadap atau penderes karet terbaik se PTPN VII. Ketiganya, Bariyono, Mulyadi, dan Warto Anti, menyabet juara satu, dua, dan tiga dengan produktivitas tertinggi melampaui semua penderes dari 12 Unit Kerja PTPN VII yang mengelola tanaman karet. Prestasi ini juga menempatkan Unit Kebun Karet PTPN VII Unit Way Lima sebagai Kebun Terbaik se PTPN VII pada periode 2022-2023.
Tentang prestasi ini, Manajer PTPN VII Unit Way Lima Sasmika Dwi Suryanto menyatakan bersyukur. Ia mengaku, prestasi yang diraih Unit Kerja ini merupakan akumulasi dari prestasi-prestasi individu karyawan yang bekerja keras dengan komitmen tinggi. Sedangkan dirinya sebagai pimpinan di Unit Kerja, lebih sebagai fasilitator yang menfasilitasi proses kerja agar lebih maksimal.
“Atas nama Manajemen, saya tentu sangat bersyukur. Bagi saya, ini adalah prestasi kolektif yang terakumulasi sehingga mendapat apresiasi. Hal itu terkonfirmasi dari keberhasilan sosok-sosok karyawan penyadap yang juga mendapat juara satu, dua, dan tiga. Dalam konteks ini, saya sangat berterima kasih kepada semua karyawan,” kata Sasmika, Senin (16/10/23).
Profil PTPN VII Unit Way Lima memiliki keistimewaan sebagai kebun karet dibanding kebun karet lain milik PTPN VII, kebun seluas 2.790 hektare ini tumbuh subur. Cuaca atau suhu udara di wilayah ini relatif lebih sejuk dibanding tempat lain di seputarnya. Jenis tanah permukaan hitam dan gemburnya membuat lahan ini sangat subur untuk tanaman keras, termasuk karet.
Dengan ketinggian rata-rata wilayah 189 meter di atas permukaan laut, kebun karet Way Lima juga memiliki curah hujan cukup tinggi. Setiap tahun tingkat curah hujan wilayah ini mencapai 2.200—2.800 mili meter dengan intensitas 90—170 hari.
“Secara cuaca dan karakter umum kebun karet di Wali (Way Lima) ini memang relatif lebih baik dibandingkan dengan kebun lain milik PTPN VII. Di sini hawanya cukup sejuk dan tanahnya juga subur. Tetapi lebih dari itu, saya kira yang lebih dominan sehingga dinilai lebih produktif itu karena faktor etos kerja atau karakter karyawan. Alhamdulillah, etos kerja pekerja di sini cukup baik,” kata Pak Sas, sapaan akrabnya, yang juga Ketua Umum SPPN VII ini.
Soal etos kerja, Sasmika memberi contoh kondisi di kebun saban hari. Ia menceritakan, meskipun hawa dingin, setiap dini hari sebelum waktu salat subuh, kebun-kebun karet PTPN VII Way Lima ini sudah banyak orang beraktivitas. Mereka adalah para karyawan sadap atau penderes yang memulai pekerjaa rutin hariannya di area kebun yang menjadi tanggung jawabnya.
“Jangan heran kalau kita lewat kebun di daerah sini jam tiga sebelum subuh sudah banyak belor (lampu senter) kerlap-kerlip di tengah kebun. Mereka adalah para karyawan yang mulai menyadap,” kata Sasmika.
Fakta itu, menurut Sasmika, mengkonfirmasi tentang etos kerja atau komitmen karyawan untuk melakukan yang terbaik untuk diri dan perusahaan. Sasmika mengatakan, dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada karyawan, Manajemen memberikan acuan kerja dan target-target. Dalam mencapai target-target tersebut, para pekerja melakukan berbagai cara paling efektif dan tepat.
“Regulasi atau peraturan yang kami terapkan kepada karyawan itu sangat jelas, sesuai SOP, dan sesuai perundang-undangan. Namun, yang namanya pekerja kan pasti memilih opsi atau cara yang paling efektif dan efisien. Dan ternyata, mereka mendapati cara sadap sebelum subuh itu yang paling tepat,” kata dia.
Senada dengan Sasmika, Bariyon (47), karyawan penyadap Afdeling 1 yang menjadi juara satu paling produktif se PTPN VII mengaku memiliki kebebesan dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman, sadap awal hari adalah waktu yang sangat baik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dari tanaman karet. “Saya sudah bekerja selama 26 tahun, dan dari sana saya mendapatkan kesimpulan bahwa untuk menaikkan produksi karet tidak ada jalan lain selain menyadap lebih awal. Kalau kita sadap kesiangan hasilnya tidak bagus”, katanya.




