24 September 2023, kemarin tepat 63 tahun Perayaan Hari Tani di Indonesia. Perayaan yang masih banyak penderitaan didalamnya. Hari tani adalah simbol peringatan bahwa petani masih jauh dari kata sejahtera. Hampir setiap tahunnya peringatan tersebut mengulang kaji isu yang sama: kenaikan harga bahan pokok, konflik lahan, subsidi pupuk, dan lain sebagainya adalah masalah tahunan yang anggarannya selalu naik entah untuk siapa?
Baru-baru ini Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus bagi-bagi jabatan di lingkungan Kementrian. Sebelumnya secara mengejutkan dia juga mengangkat pedangdut Lesti Kejora sebagai Duta Petani Milenial. Pengangkatan yang penuh perdebatan dimasyarakat mengingat Lesti merupakan alumni akademi dangdut Indonesia yang seakan dianggap lebih baik daripada Alumni Institut Pertanian di Indonesia.
Belum habis masalah sampai disitu, berbagai penghargaan yang diterima Kementan RI dari luar negeri seakan berbanding terbalik dengan kondisi di dalam negeri. Dimulai dengan naiknya harga beras Oktober ini ditengah amburadulnya internal kementan RI.
Mendagri menyarankan masyarakat beralih mengonsumsi jagung. Saran yang bagus, tapi kenapa tidak pemerintah yang terlebih dahulu menyontohkan cara mengonsumsi jagung sebagai pengganti bahan pokok?
Permasalahan lain yang seakan menjadi kado di Hari Tani ke-63 ini adalah permasalahan lahan yang mulai terdegradasi oleh alih fungsi lahan. Membakar lahan menjadi cara tercepat dan termurah yang banyak dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya bencana asap karena kebakaran lahan sering kita jumpai di beberapa daerah di Indonesia sebab rusaknya lingkungan pertanian di Indonesia yang mengakibatkan ketika hujan turun kita kebanjiran, ketika panas tiba kita kebakaran.
Rentetan permasalahan di Hari Tani selalu menjadi poin tuntutan yang sama setiap tahunnya mengingatkan kita kembali pada salah satu simbol di Pancasila yaitu padi dan kapas. Sudahkah padi dan kapas menjadi perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
Entahlah, Harapan kita adalah jangan selalu menjadikan rakyat dan petani tumbal untuk kebijakan yang gagal, musabab kaki hitam di sawah pak tani lebih mulia dari mulutnya pejabat yang hanya menjanjikan kesejahteraan petani. (KF)
Opini: Khairul Fahmi (Demisioner WAKA BEM FP USK 2022)