Sumaterapost.co, Langsa – Fenomenal kehidupan antara geuchik (Kepala Desa) dan warga sangat jauh sekali, geuchik (kepala desa) hidup sejahtera akan tapi warga hidup melarat, sebelum terpilih jadi geuchik kehidupannya biasa saja setalah menjabat geuchik (Kepala Desa) berjalan 2 tahun mulailah kelihatan kehidupannya, penampilannya, cara bicara dan gayanya berubah dan memposisikan diri sebagai orang kelas menengah
Pengamatan sumatera post.co, di 66 Gampong (Desa) dalam wilayah kota Langsa, Aceh, tidak ada satu Gampong (desa) pun memiliki penghasilan atau pendapatan untuk kas Gampong (desa) untuk membiayai pembangunan dan membayar jerih payah geuchik (kepala desa) dan aparatur lain dalam Gampong (desa), tetapi Geuchik (Kepala desa) ada yang bisa membangun dan merubah rumah menjadi lebih baik bahkan rata-rata geuchik sudah memiliki kenderaan roda dua yang harga tinggi serta ada geuchik (kepala desa) memiliki mobil, dari mana itu semua di peroleh, tentu saja geuchik (kepala desa) mengelola dana transfer pusat untuk pembangunan Gampong (desa) sejak tahun 2015 sampai sekarang 2021 berkisar Rp. 1 miliar sampai dengan Rp.1.8 miliar, dana sebesar ini hanya 30 persen saja yang menjadi dana pembangunan pisik Gampong (desa) sisanya hanya habis untuk membayar yang tidak perlu bahkan untuk membayar program yang tidak jelas, seperti Bintek dan lainnya.
Bagaimana kehidupan warganya ? sangat melarat dan menyedihkan, ada warganya jadi pengemis dalam kota, jadi pemulung. Salah contoh Gampong (desa) di Kecamatan Langsa Timur yang warganya sangat miskin tinggal di rumah yang jauh dari kesan sejahtera apa lagi layak sangat jauh sekali, tetapi kehidupan geuchik (kepala desa) jauh lebih sejahtera.
Karena dana desa ini di kota Langsa, hubungan emosional dan sosial geuchik (kepala desa) dan warganya jauh tidak seperti Gampong (desa) masa lalu sebelum pemerintah mengucurkan dana desa. Dulu setiap ada perintah gotong royong yang di umumkan lewat beduk atau lewat meunasah berbondong- bondong warga datang ada yang bawa cangkul, parang dan lainnya bergotong royong bersama membersihkan Gampong (desa), namun sekarang hal itu tak timukan lagi dan ada banyak lagi sudah hilang di dalam Gampong (desa). Dana desa di kota Langsa telah menjauhkan rasa sosial kehidupan warga Gampong (desa) sudah mulai tidak memiliki rasa kebersamaan sebagai makhluk sosial yang tinggal di Gampong (Desa).
Geuchik (Kepala Desa) dulu dan geuchik Sekarang jauh sekali perbedaannya, kalau Geuchik dulu sangat disegani oleh warganya, lihat geuchik dari jauh saja warganya sudah takut apa lagi kalau berbuat salah dalam Gampong gemetaran. Geuchik sekarang tidak lagi disegani oleh warganya bahwa geuchik sekarang tidak di takuti lagi oleh warganya, bahkan ada geuchik di caci maki oleh warganya apa saja perintah geuchik tidak di hiraukan, lihat saja pada saat gotong royong hanya aparatur Gampong saja yang datang, warganya kemana?. Ini akibat Geuchik (kepala desa) hidup mewah dan warga hidup melarat.(Mustafa)




