Sumaterapost.co – Igan Ilir | Selain menerima dana insentif, bagi nakes yang bertugas sebagai tim Vaksinator Covid-19 mendapatkan uang jatah untuk makan ketika turun lakukan vaksinasi. Namun, pada kenyataannya uang makan tersebut tidak pula diberikan oleh Oknum Ka UPTD Puskesmas Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI) terhadap petugas yang terlibat dalam giat vaksin malah digunakan persiran keluar kota bersama 11 tim vaksinator yang di SK kan.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh salah satu nakes yang namanya minta dirahasiakan. Kepada media ini, ia mengatakan bahwa selama menjalankan tugas sebagai tim Vaksinator Covid-19. Seperti diketahui, uang makan bagi nakes pada saat turun ke lapangan untuk vaksinasi berhak menerima jatahnya Rp. 35ribu per orang.
“Kami kan harusnya dapat uang jatah makan yang dikeluarkan oleh Ka UPTD Puskesmas ketika kami tim Vaksinator turun ke lapangan. Akan tetapi, kenyataannya uang makan yang dimaksud tidak diberikan. Selama kami jalankan tugas sebagai tim Vaksinator, belum pernah pimpinan kami membelikan atau membayarkan biaya makan bagi kami. Saat kami turun ke desa atau kelurahan, Pemdes atau pihak kelurahanlah yang menanggung biaya konsumsi kami tadi”, ujarnya di rumahnya, Sabtu (4/12).
Masih katanya, namun belakangan ini beberapa orang dari ke 11 tim Vaksinator yang di SK kan oleh Ka UPTD bersama beliau baru saja menikmati jalan-jalan ke luar kota. Isu yang beredar bahwa, mereka berlibur dengan menggunakan uang yang harusnya dipergunakan untuk jatah makan tim Vaksinator.
“Jadi, uang makan tersebut digunakan untuk jalan-jalan oleh mereka. Sementara, tim tambahan Vaksinator di luar SK tidak menerima jatahnya. Padahal kami bekerja di lapangan dan kami juga tidak ikut jalan-jalan, namun uang untuk biaya konsumsi kami tidak juga diberikan”, bebernya.
Tak hanya itu, sambungnya lagi, pada saat pelaksanaan vaksinasi di desa-desa berlangsung, pimpinan puskesmas malah menunjuk bidan desa setempat untuk melaksanakan tugas Vaksinator.
“Bidan desa setempat ya, tidak bisa menolak permintaan dari pimpinan tadi. Padahal seharusnya, tugas tersebut tidak dilakukan mereka lantaran sudah ada Tim Vaksinator 11. Bidan desa punya tugas pokoknya sendiri bukan malah menjalankan tugasnya Vaksinator”, bebernya.
Dia menambahkan, pelayanan kesehatan di puskesmas sering kali terhambat akibat kurangnya pasokan obat parasetamol yang biasa diberikan gratis ke masyarakat yang berobat di Puskesmas.
“Kurangnya persedian obat, contoh salah satunya Paracetamol, karena stok obat di puskesmas sedang habis. Akibatnya pasien tidak mendapatkan obat yang lengkap sesuai dengan yang diperluhkan pasien. Pasokan dari Dinkes sering kali kurang karena kebutuhan puskesmas yang cukup banyak. Harusnya pimpinan puskesmas berkoordinasi dengan tim untuk mendapatkan solusi agar kebutuhan obat tersebut tetap terpenuhi tanpa harus pasien membeli obat diluar”, pungkasnya kepada media ini. (F’R)




