Semarang, 31 Agustus 2025 – Walau tanggal 17 Agustus telah berlalu dua pekan, semangat kemerdekaan masih terasa membuncah di Kelurahan Pedalangan, Banyumanik, Semarang. Balai RW IX di kawasan Jati Raya pagi itu menjadi saksi bagaimana warga dari sepuluh RW berkumpul, merayakan ulang tahun ke-80 Republik Indonesia dengan wajah penuh senyum, langkah ringan, dan suara-suara yang bergema.
Pagi yang Riang
Tepat pukul tujuh, jalan sehat dimulai. Warga, dari anak-anak hingga lansia, berjalan beriringan menyusuri gang-gang dengan semangat. Di tangan mereka, kupon doorprize menjadi simbol kecil harapan: siapa tahu pulang membawa rice cooker, hadiah utama yang disiapkan panitia untuk tiap RW. Namun lebih dari sekadar hadiah, keceriaan terpancar dari tatapan mata yang saling bertukar salam, tertawa, dan bercengkerama.
Di balik semarak itu, berbagai lomba yang digelar sebelumnya — mulai dari voli, tenis meja, hingga lomba grengseng yang menilai kebersihan dan keindahan lingkungan — menyisakan jejak kebersamaan. RW X, dengan segala usaha dan kreativitas, bahkan berhasil meraih Juara II lomba Grengseng. Hadiah uang pembinaan diterima dengan senyum bangga oleh ketua RW X , Kelurahan Pedalangan Drs. Soeseno.

Aroma UMKM, Rasa Kebersamaan
Sementara itu, bazar UMKM menjadi denyut ekonomi warga. Lapak-lapak berjejer rapi, menawarkan aneka makanan, minuman, hingga produk ramah lingkungan. Ada bandeng presto, kebab, wedang uwuh, sambal kering, hingga deodorant herbal. RW X tampil percaya diri dengan deretan produk lokalnya: kopi racikan Four A Kitchen, susu almond Happy Mondate, kaldu ayam sehat, hingga sabun eco enzyme produksi dapur kreatif. “Ini bukan sekadar jualan,” ujar salah satu warga RW X, “tapi cara kami menunjukkan bahwa UMKM bisa menjadi kebanggaan Pedalangan.”
Panggung Suara Ibu-Ibu
Menjelang siang, perhatian warga tertuju ke panggung utama. Lomba paduan suara mars PKK digelar. Sepuluh RW mengirimkan tim terbaiknya, lengkap dengan seragam biru khas PKK, pin mengkilat, dan sepatu hitam yang menapak pasti di atas lantai panggung.
RW X tampil penuh percaya diri. Di bawah arahan dirigen Ibu Siwi Harjani, harmoni suara pertama dan kedua berpadu dengan indah. Yel-yel pembuka — “Maju untuk bangsa, berpadu dalam suara, meraih cita-cita bangsa” — membuat tepuk tangan menggema. Hasil satu bulan latihan intensif bersama pelatih vokal Beniwan membuahkan hasil: RW X berhasil meraih Juara I, mengalahkan sembilan peserta lainnya dengan nilai tertinggi 381. “Usaha tidak mengkhianati hasil,” ujar salah satu anggota paduan suara dengan mata berkaca-kaca, seolah lelah latihan terbayar lunas oleh tepuk tangan dan sorakan warga.
Gaung yang Tak Pernah Padam
Dari pojok bazar hingga barisan kursi penonton, satu hal terasa nyata: merdeka bukan sekadar kata, melainkan pengalaman bersama, gotong royong yang menembus sekat RW.
Mungkin Pedalangan hanyalah satu kelurahan kecil di sudut Semarang. Namun dari jalan sehat, bazar UMKM, hingga suara ibu-ibu PKK yang lantang menyanyikan mars, ada pesan sederhana namun kuat: kemerdekaan hidup dalam kebersamaan, dan semangat itu akan selalu menemukan gaungnya, bahkan setelah tanggal 17 Agustus lewat jauh di kalender. (Christian Saputro)



